SEMARANG[Kampusnesia]-Komunitas Peduli Kepemimpinan Bersih Jawa Tengah meminta seluruh partai politik dan elemen demokrasi untuk mewujudkan pemimpin yang ideal bagi rakyat pada Pilgub Jateng 2018 tanpa ada politik transaksional.
Koordinator Komunitas Peduli Kepemimpinan Bersih Jawa Tengah Arif Dwi Purnomo mengatakan pemilihan kepala daerah sejatinya adalah konsolidasi dan kontestasi (proses politik dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat), sebagai sarana sirkulasi kepemimpinan publik lima tahunan.
Namun, menurutnya, proses politik dengan sistem demokrasi prosedural dalam kenyataannya sering mengalami pelemahan dan pembusukan.
“Contohnya, Pilkada di masa lalu dalam prakteknya proses rekrutasi calon sering diwarnai proses politik transaksional baik berupa money politic, janji transaksional jabatan,” ujarnya saat Diskusi Publik dengan tema “Mewujudkan Kepemimpinan Bersih Jawa Tengah (Menyongsong Pilkada Damai Jawa Tengah 2018)”, di Semarang, Rabu. (6/12)
Diskusi Publik itu diikut sejumlah peserta dari kalangan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Semarang di antaranya Undip, IAIN Semarang, Udinus, Unisula, Unika Soegijopranoto dan lainnya, serta kalangan pers.
Arif menuturkan Pemimpin Jawa Tengah hasil Pilgub 2018 mendatang harus bersih, memiliki rekam jejak yang jelas serta mampu mengemban amanah.
“Siapapun yang menjadi pemimpin Jawa Tengah mendatang harus berpihak kepada rakyat, memiliki rekam jejak yang jelas dan amanah,” tuturnya.
Sukur Fahrudin dari Aliansi Kerakyatan Anti Korupsi dan Peradilan Bersih (AKAR) Jateng mengatakan dalam konteks beberapa Pilkada, rakyat sering dijadikan objek atau sasaran pemenuhan ambisi elit politik tanpa ikut berpartisipasi aktif.
“Untuk membangun politik bersih bisa dikerjakan bersama. Jadi mengembalikan esensi politik bukan hanya untuk segelintir orang tapi masyarakat harus diposisikan sebagai subyek politik bukan objek, dan ini harus kita bangun,” kata Sukur.
Ketua Fatayat NU Ambarawa Siti Alfiah berharap agar para generasi muda untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kebenaran untuk mewujudkan kepemimpinan yang bersih dan berwibawa. Menurutnya, untuk mewujudkan hal itu akan menghadapi tantangan besar bagi generasi muda.
“Kaum muda Indonesia jangan pernah putus asa untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran untuk menghasilkan pemimpin yang bersih dan berwibawa,” ujarnya. (rs)