JAKARTA[Kampusnesia] – Gelombang deportan terduga pendukung gerakan Islamic State of Irak and Syiria (ISIS) dari berbagai daerah di Indonesia segera kembali ke tanah air , bakal dipastikan memunculkan persoalan baru yang harus secepatnya ditangani.
Warning itu disampaikan Direktur Pencegahan Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) , Brigjen Pol Ir Hamli, ME dihadapan peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 32 Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) se Indonesia di hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Selasa (19/12).
“Pemerintah Turki sudah melakukan komunikasi dengan kita, sebentar lagi akan mendeportasi warga negara Indonesia yang diduga menjadi aktifis pendukung ISIS, ditengah kondisi posisi ISIS kini semakin terdesak, hingga sejumlah WNI yang diduga menjadi pendukung ISIS menjadi terkatung-katung di Turki dan segera dipulangkan ke tanah air” tutur Hamli.
Kembalinya mereka, lanjut Hamli, pasti akan memunculkan problem baru. BNPT sebagai instrumen negara yang menangani masalah-masalah yang terkait dengan terorisme dan radikalisme tentu akan terlibat langsung dalam menangani problem ini.
Dengan demikian, FKPT sebagai mitra BNPT di daerah diharapkan ikut berpartisipasi aktif di wilayahnya. Para deportan itu akan dilibatkan dalam program deradikalisasi, jika di antara mereka ditemukan data memliki persoalan hukum sebelum berangkat ke areal konflik di Timur Tengah, akan langsung ditangani sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Namun, menurutnya, jika para deportan itu tidak memiliki problem hukum sebelum berangkat menjadi problem tersendiri., karena hingga sekarang regulasi-regulasi yang ada belum menjangkau pada inti persoalan seperti ini. RUU tentang penanggulangan terorisme dan radikalisme yang saar ini masih dibahas di DPR RI tidak kunjung selasai.
Kondisi itu, dia menambahkan mengakibatkan aparat negara yang dihadapkan dengan persoalan pulangnya para deportan pendukung ISIS menghadapi banyak kesulitan.
Jumlah deportan pendukung ISIS yang akan dipulangkan otoritas di negara Turki ke negara asal tercatat paling terbesar dari negara Rusia, menyusul Indonesia di urutan kedua yang jumlahnya mencapai 600 orang, jumlah itu bisa semakin bertambah karena jumlah WNI yang masih berada di perbatasan Turki-Syiria mencapai 1.200 orang lebih .
Hamli menuturkan untuk menanggulangi problem deportan pendukung ISIS itu, BNPT akan menjalin kerja sama dengan sejumlah kementrian dan masyarakat. “Kami sangat membutuhkan partisipasi masyarakat , karena itu seluruh FKPT akan kami libatkan dalam penanganan ini di daerah-daerah sesuai dengan porsinya,” ujarnya.