Home > EDITOR'S CHOICE > Inovasi Perguruan Tinggi Swasta Sebuah Keniscayaan

Inovasi Perguruan Tinggi Swasta Sebuah Keniscayaan

Sangat menarik dan menjadi perhatian para peserta Rapat Koordinasi (Rakor) Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se Jawa Tengah ketika Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhamad Nasir menjadi Narasumber.

Menristekdikti Muhamad Nasir dalam Rakor yang digelar di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang Kamis 28 Desember 2017 itu,  mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan” Pimpinan Perguruan Tinggi wajib mendukung inovasi untuk menghadapi perubahan global dan memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang kreatif, inovatif, dan kompetitif”,

Kementrian dikti segera menindaklanjutinya dengan berbagai aturan serta regulasi lain yang dipersiapkan, sebagai upaya untuk mewujudkan keinginan Presiden Jokowi.

Di sisi lain, mengingat pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, khusunya internet nyaris hampir semua pihak mulai ikutannya, bahkan tidak menutup kemungkinana ke depan PTS bakal terdampak seperti halnya bidang perekonomian konvensional, yang saat ini mulai tersaingi oleh model on-line, yang semakin hari perkembangannya kian  nyata, sekaligus lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

Persoalan ketidakimbangan dosen dengan jumlah mahasiswa pun saat ini juga sudah mulai disiasati, baik oleh model PT seperti Universitas Terbuka yang telah memanfaatkan Information Technology (IT), maupun  sejumlah perguruan tinggi lain sesuai dengan aturan serta regulasi yang diberlakukan dan ke depan akan terus ditingkatkan oleh Menristekdikti sesuai dengan tuntutan pasar global.

Persaingan antar PT termasuk PTS yang saat ini lebih tampak secara fisik seperti sarana Gedung (kampus) dan kelengkapan infrastruktur lain, akan bergeser ke infrastruktur penunjang, terutama kebutuhan laboratorium yang semakin lengkap, sebagai salah satu prasarana yang mampu mewujudkan kelulusan mahasiswa yang siap pakai, serta siap menghadapi tuntutan pasar serta pesatnya perkembangan teknologi.

Bahkan, menurut Menristekdikti, bila tidak cermat, ke depan akan banyak gedung-gedung kampus yang akan berubah fungsi menjadi museum atau sejenisnya.

Melihat kenyataan serta tantangan ke depan itu, sudah dapat dipastikan bagi setiap pimpinan PTN dan PTS bakal dituntut harus memiliki kemampuan untuk memanfaatkan IT, jika mereka ingin  mewujudkan lulusannya lebih berdaya guna serta berhasil guna?. Bahkan apa yang sebaiknya mereka persiapkan menghadapi tantangan tersebut ?.

Tantangan

Menarik apa yang disampaikan  Supriyadi Rustad selaku moderator pemandu Menristekdikti, dalam rakor itu, menyebut perlunya peningkatan infrastruktur terutama peralatan laboratorium PTN maupun PTS.

Tidak kalah menarik Rektor Udinus Edi Nursasongko menyebut ke depan, komputer jadul harga lima jutaan, harus diganti dengan komputer canggih yang berharga tujuhbelas jutaan per perangkat, untuk menghadapi pesatnya perkembangan IT.

Setidaknya, dengan memulainya dari sisi laboratorium serta perpustakaan, maka setidaknya jantung PT tersebut akan sangat membantu mahasiswa untuk dapat memasuki tantangan pesatnya perkembangan IT ke depan.

Perubahan laboratorium dari sistem analog, bahkan tradisional dengan mengandalkan peralatan meja gambar dalam bidang keteknikan, ke era komputerisasi dengan berbagai program penunjangnya misalnya, akan mempermudah para mahasiswa serta para lulusan kelak untuk menghadapi tantangan ke depan. Demikian pula di bidang-bidang lainnya, termasuk ilmu-ilmu sosial.

Di bidang Ilmu Komunikasi misalnya, bila sebelumnya lebih pada membuat mahasiswa hanya siap tahu, sehingga cukup mengajarkan berbagai teori yang membuat mereka hanya faham bagaimana mengatakan sesuatu, harus dirubah menjadi bagaimana mereka ke depan akan tahu sekaligus piawai untuk mengatakan sesuatu, baik melalui lisan, tulisan, foto, rekaman, siaran, bahkan membuat pesan apa pun melalui media digital.

Tergesernya media-media konvensional, seperti media cetak, haruslah menginspirasi pimpinan PT Ilmu Komunikasi menghadapi tantangan tersebut. Model konvergensi media, serta mengintegrasikan berbagai laboratorium melalui online media, merupakan keniscayaan.

Melalui cara itu, PT Ilmu Komunikasi yang selama ini hanya melatih mahasiswanya untuk menggunakan laboratorium radio broadcast atau pun television broadcast, yang sangat terbatasi akibat sulitnya memperoleh frequensi untuk mengaktualisasikan diri, akan merasa lebih bangga serta percaya diri, manakala hasil praktika laboratoriumnya mampu mengudara tanpa batas dan diakses jutaan orang bahkan dunia melalui streaming yang terintegrasi.

Demikian pula laboratorium media cetak yang mahal dan sering terhambat oleh pendanaan akan jauh lebih murah sekaligus lebih mempubblish, dengan menggunakan media online, terlebih bila terintegrasikan pula dengan berbagai media sosial seperti Twiter, Facebook, Istagram, Youtube dan lainya.

Berbagai praktikum lainnya, baik dalam bidang fotografi, public relations, serta berbagai hasil praktikum kreatif lainnya akan terpublish secara luas, sehingga sekaligus mampu menjadi publisitas murah serta bermanfaat bagi PT nya.

Publisistas serta iklan yang selama ini harus dibayar mahal, akan mampu dialihkan melalui media online, sekaligus media publikasi melalui cara unjuk karya yang selama ini mereka lakukan, bahkan merupakan kegiatan soft skill, yang lebih cocok dan tepat untuk mempersiapkan masa depan menghadapi pesatnya perkembangan IT di era tantangan global semakin banyak.

Pengembangan

Secara kelembagaan, perkembangan IT yang menurut Menristekdikti segera ditindaklanjuti dengan berbagai aturan serta regulasi lainnya, diharapankan bakal mempermudah PT, termausk  PTS yang memiliki sumberdana terbatas, meski sumberdayanya sangat mumpuni, selain mampu unjuk gigi untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, juga akan mampu mengembangkan potensi jumlah mahasiswanya, karena pembatasan nisbah dosen mahasiswa misalnya, tidak akan lagi menjadi persoalan yang selama ini banyak dialami.

Dengan demikian, yang perlu dicatat juga dari pernyataan Menristekdikti adalah menjaga kualitas lulusannya menjadi prioritas utama. Tantangan Menristekdikti ini tentu bukan hal yang mudah, namun juga bukan mustahil untuk diwujudkan. Salah satu cara adalah mempersiapkan infratrsuktur khususnya laboratorium yang selain berfungsi menggodok kemampuan soft skill, sekaligus arena unjuk gigi kepada masyarakat, yang diharapkan akan dapat match dengan keinginan para pengguna lulusannya kelak.

* Artikel ini telah dibaca 366 kali.
Gunawan Witjaksana
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang. Pengamat komunikasi dan media.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *