SEMARANG[Kampusnesia]- Pemilihan Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng) yang bakal digelar tahun depan merupakan perwujudan demokrasi yang mencerminkan posisi rakyat Jateng sebagai pemilik kedaulatan tertinggi.
Pesta demokrasi yang bakal ramai digelar di provinsi ini diingatkan jangan dikotori dengan isu-isu sentimen agama yang dapat memicu disintegrasi bangsa.
Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah (PWNU Jateng ) KH Hudallah Ridwan Naim menuturkan semakin mendekati pelaksanaan Pilgub Jateng isu-isu yang memicu sentimen keagamaan semakin mengemuka, kalau tidak segera dihentikan akan mengotori proses demokratisasi.
“Saya ingatkan kepada pihak-pihak pendukung dan pengusung cagub-cawagub jangan gunakan isu SARA dalam berkampanye, berbahaya. Isu ini bisa menggoyahkan sendi-sendi persatuan yang dengan susah payah dibangun oleh orang-orang tua kita, ” ujar Gus Huda , panggilan kyai Hudallah kepada Kampusnesia.com, di Semarang, Sabtu, (30/12).
Gus Huda tidak bersedia menyebut identitas pihak yang telah memanfaatkan sentimen agama dalam upaya mempengaruhi pilihan rakyat dalam pilgub Jateng mendatang, karena pelaku gerakan itu sudah secara vulgar menyerukan suaranya di ruang-ruang terbuka dan melalui media sosial.
Namun, Gus Huda mengisyaratkan ada pihak-pihak yang ingin “men-Jakarta-kan” Jawa Tengah dalam Pilgub 2018. Sebagaimana diketahui dalam Pilgub DKI isu sentimen agama dan politik identitas bertiup kencang, hingga menaikkan suhu politik di ibukota. PWNU Jateng mengingatkan agar cara-cara seperti itu jangan dilakukan di Jawa Tengah.
Jateng, lanjutnya , tidak sama dan sebangun dengan kondisi di Jakarta. Kultur masyarakat Jateng dengan Jakarta jauh berbeda. Khusus warga NU di Jateng sudah siap menghadapi Pilgub dengan pilihannya masing-masing.
“Jadi jika ingin mendapat dukungan warga NU, tidak usah bersusah payah membawa isu agama atau mengusung politik identitas, karena hampir pasti tidak akan laku. Sebaiknya saat mendekati warga NU lebih mengedepankan materi kampanye yang bernuansa pendidikan politik kebangsaan dan nlai-nilai demokrasi,” tuturnya.
PWNU Jateng berharap, agar dalam Pilgub Jateng tahun depan semua elemen masyaraat yang terlibat mulai dari pemilih, parpol pengusung, tim sukses, kandidat, pemerintah hingga penyelnggara pilkada dapat menjalankan fugsinya masing-masing dengan baik.
“Kalau muncul beda pilihan biar saja, itu keniscayaan yang akan berakhir di bilik pemungutan suara. Setelah itu kembalilah ke beraktivitas sehari-hari sebagaimana biasa. Yang menang ojo umuk (jangan sombong) yang kalah ojo ngamuk ( jangan marah dan ngamuk),” ujarnya. ( smh )
Terima kasih NU. Terima kasih Gus Huda. Terima kasih Stikom dengan “Kampusnesia” nya. Terima kasih juga Gus Syamsul. Begitulah seharusnya kita mensikapi hajatan Pilgub sebagai bagian dari proses berdemokrasi. Berbeda pilihan tetapi tidak kehilangan spirit persatuan, spirit persaudaraan. Tetap teduh, sejuk, elegan.
Terima kasih NU. Terima kasih Gus Huda. Terima kasih juga Stikom dengan “Kampus nesia” nya. Begitulah seharusnya kita menyikapi hajatan Pilgub sebagai bagian dari proses demokrasi. Berbeda pilihan tetapi tidak kehilangan spirit persatuan n persaudaraan. Tetap teduh, sejuk, dan elegan.