SEMARANG[Kampusnesia] – Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahap II tuntas pada akhir 2017 lalu, tertutama yang memiliki keahlian sesuai prioritas pembangunan nasional.
Pada program revitalisasi ini, di seluruh Tanah Air telah ditunjuk sebanyak 125 SMK yang memiliki bidang keahlian sesuai dengan prioritas pembangunan nasional, meliputi kemaritiman, pariwisata, pertanian (ketahanan pangan) dan industri kreatif.
Di Jateng, salah satu SMK yang masuk dalam program tersebut adalah SMK 6 Semarang. Sekolah dengan jurusan pariwisata, perhotelan, tata busana dan tata boga itu telah menyelesaikan tahapan akhir sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016.
“Inpres tersebut di antaranya bagaimana agar SMK menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai pengguna lulusan (link and match),” ujar Kepala SMK 6 Semarang Ummi Rosydiana di kantornya, Jl Sidodadi Semarang, Selasa. (8/1)
Menurutnya, tidak mudah untuk melakukan tahapan revitalisasi ini, akibat kendala mindset atau pola pikir baik dari siswa maupun guru yang belum bisa berubah.
“’Misalnya, bagaimana agar siswa tidak terlambat masuk. Ini saja susahnya bukan main, tetapi dengan pendekatan akhirnya bisa tercapai,” tuturnya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, pola pikir guru yang juga belum bisa mengikuti perkembangan jaman. Selain persoalan teknologi yang belum dikuasai, kendala lain masih adanya guru yang berpikiran dia sebagai pusat pembelajaran.
“Padahal dalam program revitalisasi ini, justru sebaliknya. Siswa menjadi pusat pembelajaran dan dalam pembelajaran dengan mengembangkan potensi masing-masing. Jadi, bukan seperti guru jaman dulu yang hanya berbicara di depan tanpa mengetahui kondisi siswanya,” ujarnya.
Ummi menuturkan sejumlah program revitalisasi yang berhasil di jalankan di sekolah itu di antaranya membuka dua kelas industri di bidang tata boga dan tata busana. Sekolah tersebut telah melakukan kerja sama dengan UD Mina Makmur untuk bidang tata boga dan Pands Collection untuk bidang tata busana.
“Di kelas ini, pengajarnya adalah praktisi langsung yang sehari-hari menangani usaha tersebut. Jadi ilmu yang dimiliki bisa langsung ditransfer ke siswa,” kata Umi.
Selain itu, dia menambahkan juga mengadakan program study exchange dengan sekolah kejuruan serupa di Thailand. Bahkan rencana pada Mei mendatang, 11 siswa yang telah lolos seleksi akan magang di perusahaan yang ada di Thailand. ”Sesuai bidangnya yakni tata boga, mereka akan belajar mengenai masakan asli negara tersebut selama empat bulan. Demikian pula sebaliknya, siswa asal Thailand juga akan praktik dan belajar di SMK SMK 6 Semarang.
Menurutnya, sekolah juga mengirim guru untuk magang ke sejumlah hotel di Bali dan Semarang, sehingga selain mereka mengajar juga merupakan tugas sekolah untuk menyerap ilmu langsung ke lapangan, meski mereka sarjana tetapi juga praktik kerja menjadi resepsionis dan house keeping,” ujarnya.
Sementara itu, Tim Pendamping Revitalisasi SMK Direktorat Pengembangan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Eko Supraptono mengatakan selama ini yang menjadi kendala dalam pengembangan SMK adalah para pengelola belum bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing SMK.
Dengan demikian, lanjutnya, tim pendamping turun ke berbagai SMK, salah satunya SMK 6 untuk memetakan potensi yang dimiliki.
“Program revitalisasi yang dilaksanakan meliputi pengembangan dan penyelarasan kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha, inovasi pembelajaran yang mendorong keterampilan abad 21,” tutur Eko.
Perbaikan dan penyelerasan kurikulum SMK, dia menambahkan akan memantapkan model kesesuaian dan keterkaitan dengan dunia usaha. Pembelajaran mengacu pada fase pembelajaran di sekolah ataupun praktik di industri dan berorientasi pada hasil proses pembelajaran yang diinginkan.
Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Sulistyo menuturkan revitalisasi ini dalam rangka penyempurnaan kurikulum, termasuk pengembangan karakter kerja pada pendidikan kejuruan, sehingga dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja agar hasilnya efektif. (rs)