BATANG[Kampusnesia] – Kabupaten Batang mulai perkenalkan kopi Robusta hasil budidaya petani kepasar lokal, setelah sebelumnya berhasil mengembangkan tanaman kopi jenis Silurah dan Tombo.
Kopi jenis Robusta lokal yang diproduksi petani mulai diperkenalkan pasar oleh Bupati Batang Wihaji awal pekan lalu, setelah berhasil dikembangkan di Desa Lobang Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang.
Batang merupakan daerah yang berpotensi untuk menjadi sentra produksi kopi dan saat ini sudah tiga jenis kopi berhasil dikembangkan terdiri kopi Siliurah, Tombo dan Robusta, bahkan lahanpun bakal diperluas di berbagai wilayah.
Bupati Batang Wihaji menuturkan kopi Silurah dan Tombo yang dikembangkan para petani di wilayahnya berhasil memperoleh penghargaan kopi tingkat nasional, baik kategori rasa maupun kualitasnya.
Menurutnya, kini kopi Robusta lokal tengah dikembangkan dengan lahan yang bakal diperluas di Desa Lobang, Kecamatan Limpung, hingga ke depan diharapkan dapat menjadi komoditas unggulan yang dihasilkan daerah Batang.
“Kopi Robusta lokal bakal menjadi komoditas pangan unggulan, karena rasanya lebih soft, karakternya lebih kuat dengan rasa lebih ringan serta berkafein rendah,” ujarnya.
Karakter kopi Robusta, lanjutnya, banyak dipengaruhi dari lokasi lahan penanaman di Desa Lobang yang memiliki wilayah dataran dengan diketinggian 500-600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Dengan demikian, dia menambahkan kopi Robusta Lobang dipastikan bakal digemari para penggemar kopi, karena rasanya berbeda dengan kopi Robusta dari dataran tinggi lainnya.
Wihaji mengatakan Pemkab Batang berupaya akan meningkatkan daya saing berbagai produk kopi dan menggenjot kualitas hasil panen kopi petani di wilayahnya, seiring melonjaknya permintaan komoditas itu di pasar lokal maupun ekspor.
Pemkab Batang melalui Dinas Perdagangan Dan Pengolahan Pasar akan menfasilitas para petani kopi di wilayahnya untuk meningkatkan kualitas dan melakukan sertifikasi standar serta memperluas pasar baik untuk domestik maupun eskpor dengan bebagai upaya.
Kopi Robusta Lobang, lanjutnya, akan menjadi unggulan Batang, karena dapat dinikmati tidak hanya untuk masyarakat penggemar kopi golongan menengah ke atas, namun juga dapat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen menengah bawah, sehingga manfaat kopi dapat berkelanjutan dari petani, konsumen serta penggiat kopi.
“Apalagi gaya hidup sekarang, kopi sedang booming dan ngetrend di semua kalangan baik tua maupun muda, sehingga peluang pasar itu harus cepat dapat dimanfaatkan,” tuturnya.
Bahkan Wihaji menjanjikan untuk mengawali pemasaran pihaknya akan mengerahkan jajaran OPD Batang untuk membeli kopi produk petani di wilayahnya itu, sebagai bagian untuk mencintai produk lokal.
Tentu, dia menambahkan diiringi dengan memberikan edukasi kepada petani kopi Desa Lobang agar mereka dapat meningkatkan produk kopi yang berkualitas.
“Pemkab akan mengawali untuk memasarkan produk kopi lokal dan juga sudah meminta bantuan kepada penggiat kopi untuk gencar ikut memasarkan, agar kopi produk petani Batang semakin cepat dikenal di pasar domestik serta diharapkan mampu menembus kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali. Surabaya dan kota besar lainnya yang kini dibanjiri dengan berdirinya ratusan kafe -kedai kopi,” ujarnya.
Weko S Penggiat Kopi sekaligus pembina kopi Desa Lobang menuturkan luasan lahan petani di Desa Lobang pada tahap awal hanya seluas 1,5 hektare dan bakal ditambah menjadi 1,5 hetare yang akan dikelola oleh 200 KK.
“Lahan seluas itu mampu menghasilkan panen kopi rata-rata 1 ton per hektare setahun dengan masa panen dua kali,” tutur Weko.
Menurutnya, para petani Desa Lobang kini terus didorong agar lebih edukasi untuk meningkatkan kualitas kopi hasil produksinya. Sementara harga kopi di daerah itu dengan kualitas baik sebesar Rp25.000 per kg.
Lahan kopi Robusta yang dikembangkan di Desa Lobang akan diperluas dari Kulon Tlugusari dan S3 bahkan rencana bakal dijadikan wanawisata sebagai tempat edukasi kopi Robusta dengan menggandeng komunitas kopi.
Menurut Paryadi Ketua Kelompok Tani Kopi Desa Lobang, para petani kopi di daerahnya setelah mendapatkan pembinaan dari penggiat kopi, mereka semakin berminat untuk meningkatkan produksinya, bahkan dari segi penjualan juga mulai meningkat.
Pada awal, dia menuturkan kopi Robusta hasil panen petani dihargai Rp22.000 per kg, namun sekarang mengalami kenaikkan bahkan mencapai sebesar Rp100.000 per kg, terutama yang memiliki kualitas baik.
“Sudah empat tahun lalu saya fokus menggarap kopi Robusta dan Alhamdulillah tidak ada kendala, aman dari penyakit, serta perawatan tanam kopi juga relatif mudah,” tuturnya.
Belakangan ini, dia menambahkan kopi Robusta Desa Lobang mulai banyak diminati para pemilik kedai-kedai kopi dari berbagai daerah.
Kopi merupakan salah satu komoditas andalan Kabupaten Batang, selain komoditas hasil pertanian lainnya, serta berbagai kerajinan batik khas yang masih paling banyak diminati masyarakat konsumen.
Menurutnya, pendapatan untuk petani kopi sendiri belum memadai dari tahun ke tahun, meski biaya yang dikeluarkan mereka cukup besar selama penanaman, baik untuk pembelian bibit, pupuk, ongkos buruh tani dan lainnya.
Paryadi yang juga sebagai petani kopi lobang mengatakan selama ini konsumen lokal sebagian besar masih lebih banyak mengkonsumsikan kopi instant, sehingga di wilayah Batang sangat membutuhkan produsen lokal.
Menurutnya, di sentra produksi kopi Batang produksi petani semakin meningkat hingga rata-rata setiap hektare mampu menghasilkan kopi mentah sebanyak tiga sampai empat ton, sedangkan harga green beans saat ini rata-rata sekitar Rp25.000 per kg.
Pengolahan secara tradisional, dia menambahkan potensi harga biji kopi yang sudah diproses dengan teknik tertentu bisa mencapai sebesar Rp60.000-Rp100.000 per kg. Bahkan petani mengharapkan ada bantuan mesin pengolahan kopi modern dari pemerintah setempat agar mereka mampu memproses lebih baik dan berkualitas.(Iwan Arifianto/rs)