BATANG[Kampusnesia] – Komoditas cabai keriting yang dikembangkan para petani di Kabupaten Batang mulai dipasarkan untuk kebutuhan ekspor, setelah sebelumnya sebagian besar dipasok untuk memenuhi berbagai pasar domestik.
Tanaman cabai keriting dikembangankan para petani di wilayah Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, yang sebagian besar lahannya sangat cocok untuk budidaya tanaman Holtikultura itu.
Bupati Batang Wihaji mengatakan tanaman Holtikultura seperti cabai dan bawang akan terus dikembangkan di berbagai wilayah, mengingat prospek ke depan hasil produksinya sangat baik dan banyak dibutuhkan pasar baik domestik maupun ekspor.
“Para petani dalam upaya mengembangkan tanaman cabai keriting itu tidaklah rumit, bahkan biaya tanam, perawatan dan pupuk juga tidak besar, namun hasil penjualannya berlipat dari biaya yang dikeluarkan selama masa tanam,“ ujarnya.
Menurutnya, wilayah pegunungan seperti Kecamatan Bawang yang termasuk daerah subur dengan ketinggian 700 – 1000 mdpl, sangat cocok untuk pengembangan tanaman pangan maupun sayuran di antaranya jenis kubis, bawang merah, bawang putih, sawi dan daun bawang.
Dia mengharapkan khususnya untuk para petani di wilayahnya tidak hanya menanam padi di setiap tahunnya, tetapi juga bisa diversifikasi dengan menanam tanaman Holtikultura lainya, karena dengan langkah itu hasil pertanian bisa beragam jenisnya dan pendapatan para petani pun bakal meningkat.
“Pemkab tetap berkomitmen akan mendorong para petani Holtikultura untuk terus berinovasi dan berkreativitas di sekor bidang pertanian,” tuturnya.
Selama ini, lanjutnya, kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan tanaman holtikultura di berbagai wilayah Batang di antaranya sempitnya lahan pertanian, akibat sebagaian lahan mulai beralih fungsi menjadi lahan perkebunan dan untuk pendirian sejumlah industri.
Selain itu, dia menambahkan masih minimnya minat generasi muda yang mau berkecimpung dalam dunia pertanian.
Kondisi itu, menurut Wiaji, yang kini menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama, bagaimana generasi muda ke depan berminat terjun di bidang pertanian untuk mengembangkan usaha agribisnis di berbagai daerah.
Pemkab, lanjutnya, telah berupaya dengan berbagai langkah, di antaranya menggelar sejumlah pelatihan untuk pemuda yang tergerak di bidang pertanian, yang diharapkan mereka dapat mengembangkan usaha sektor pertanian di daerahnya.
“Bahkan Pemkab juga telah mengupayakan langkah menjalin kerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk membangun Fakultas Pertanian dan Peternakan yang berlokasi di Desa Tumbrep Kecamatan Bandar.
“Saat ini kita menunggu proses regulasinya yang diharapkan segera terselesaikan hingga pembangunan proyek falkutas itu terwujud,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua kelompok Petani Holtikultura Nurkholis menuturkan lahan yang disiapkan untuk penamanan cabai keriting mencapai seluas 100 hektare dan akan dikelola oleh 50 kelompok tani yang tersebar di Wilayah Kabupaten Batang.
Ke depan, lanjutnya, rencana akan dperluas lagi hingga 500 hektare untuk pengembangan berbagai jenis sayuran, termasuk bawang merah.
“Lahan cabai keriting seluas 100 hektere itu diperkirakan dapat menghasilkan panen sebanyak 600 – 800 ton selama masa tanam tiga bulan, dengan perhitungan satu pohon menghasilkan 1 kg cabai, “ ujarnya.
Menurutnya, Kelompok Tani juga telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan untuk sistem pemasarannya, selain bekerja sama dengan Transmart untuk memasok sejumlah toko medern, Bahkan Jakarta dan Kalimantan selama ini menjadi pasar utama cabai keriting.
“Komunitas kami juga telah melek teknologi, dengan memanfaatan aplikasi Rego Pantes untuk sistim pemasaran secara online, dan Batang menempati posisi pertama untuk pemanfaatan aplikasi ini di atas Kabupaten Magelang dan Wonosobo,” tuturnya. (Iwan Arifianto/rs)