SEMARANG[Kampusnesia] – SMP Islam Terpadu Rousdlotush Sholihin Demak menyelenggarakan kegiatan perjalanan wisata ke obyek-obyek wisata sejarah di wilayah Kota Semarang, sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme di kalangan pelajar.
Kegiatan wisata yang dikemas dalam program Fild Trip To History Place in Semarang itu, dilaksanakan sehari yang diikuti sebanyak 63 siswa pada akhir pekan ini Sabtu. (13/1)
Koordinator Fild Trip To History Place in Semarang SMP IT Roudlatush Sholihin Ahmad Zaenudin S.Pd menuturkan pengenalan sejarah masa lalu sebuah bangsa bagi para pelajar itu sangat penting. Bahkan bagi generasi muda pemahaman sejarah yang mendalam akan menjadi modal sosial besar dalam mempertahankan eksisnya sebuah bangsa.
“Kegiatan perjalanan wisata seperti ini menjadi agenda tetap setiap awal tahun atau pertengahan semester, sekolah kami memilih wisata sejarah sebagai obyeknya. Awal tahun ini ibukota Jateng atau Semarang menjadi pilihannya, “ ujarnya kepada Kamopusnesia.com, Sabtu (13/1).
Menurutnya, para pelajar yang mengikuti program ini sebanyak 63 orang dan mereka sehari-hari selain belajar di lembaga pendidikan formal, sekaligus juga menjadi santri Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an yang lokasinya berada di desa Loireng Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Jateng dan tercatat 99% dari keluarga yang tinggal di pedesaan di wilayah Kabupaten Demak dan sekitarnya.
Meski wilayah Demak, lanjutnya, berbatasan langsung dengan Semarang, mereka belum banyak mengenal secara mendalam potensi sejarah yang berada di ibukota Jateng ini, sehingga dalam kegiatan ini mereka diajak mengunjungi obyek wisata meliputi Lawang Sewu, Sam Po Kong. Taman Jateng Maero Koco dan Kawasan Kota Lama Semarang.
Selama berada di lokasi obyek wisata, dia menambahkan mereka mendapat tugas dari guru pendamping untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang lokasi wisata yang dikunjungi itu.
Menurutnya, informasi yang diperoleh dari lapangan itu selanjutnya ditulis dalam sebuah laporan yang akan mendapat penilaian khusus dari para pengajar SMP dan Pondok Pesantren.
“Obyek-obyek wisata yang kami kunjungi itu selama ini dipahami oleh sebagian anak-anak muda hanya sebatas keberadaan fisiknya saja, padahal kalau didalami kisahnya terdapat berbagai macam informasi yang mengandung nilai sejarah tinggi,” tuturnya.

Wisata relegi Lawang Sewu, Sam Po Kong dan Kota Lama Semarang, melambangkan tingginya interaksi nenek moyang bangsa Indonesia dalam pergaulan internasional saat itu . Secara fisik nenek moyang bangsa Indonesia sebenarnya sudah menjadi bagian dari masyarakat global.
“Inilah yang perlu digali oleh anak-anak muda, karena sebenarnya dengan adanya sejumlah bangunan fisik yang kini menjadi distenasi wisata ibukota Jateng itu, kita semua bisa mengetahui sebenarnya dan kita memiliki perdaban yang tinggi sejak dulu kala,” ujarnya.
Sedangkan wisata Taman Maero Koco menjadi simbul kecil kebinekaan di Jateng yang sebagai bagian dari kebhinekaan dibawah tenda besar Indonesia yang juga harus dipahamim oleh para pelajar. ( Iwan Arifianto/rs )