TEMANGGUNG[Kampusnesia]-Kabupaten Temanggung selain sebagai sentra produksi tembakau terbesar di Jawa Tengah, juga dikenal daerah penghasil kopi dan komoditas lainya, termasuk sayuran.
Temanggung merupakan daerah kabupaten yang letaknya di lereng gunung Sundoro-Sumbing dan memiliki areal perkebunan tembakau begitu luas dan juga lahan tanaman kopi yang berfungsi sebagai tanaman pendamping.
Fungsi tanaman kopi sebagai konservasi untuk memperbaiki kualitas tembakau yang menjadi komoditas utama bahan baku rokok dan lainnya.
Kopi yang ditanam di kawasan perkebunan tembakau dilereng Gunung Sindoro itu merupakan kopi Arabika dan tumbus subur karena didukung kondisi tanahnya yang lembab dan udaranya sejuk menjadikan kualitas biji kopi sangat baik.
Menurut Asrul seorang petani di kawasan itu, tanaman kopi hanya menjadi tanaman pendamping yang berfungsi menahan tingkat erosi dan memiliki nilai ekologi. Namun, dalam jangka yang panjang dapat menghasilkan nilai ekonomis.
“Kalau tembakau dipadukan sama kopi, ada nilai ekonominya, kalau kopi masa panen pada Mei, Juni hingga Juli, sedangkan tembakau jika musimnya normal, awal panen mulai dilakukan pertengahan Juli hingga September,” tuturnya.
Kopi Arabika, tutur Asrul, di Kabupaten Temanggung jika masa tanam disandingkan dengan tembakau berkualitas terbaik, sudah dapat dipastikan akan menghasilkan kopi dengan cita rasa unik. Aroma tembakau akan muncul dari biji kopi saat diproses atau diolah hingga diseduh menjadi minuman.
“Tanaman kopi ini jika disandingkan dengan Tembakau, hasilnya bakal memunculkan aroma-aroma tembakau, nah itu yang akan menjadi ciri khas kopi di Temanggung,” ujarnya.
Sifat kopi yang mudah menyerap aroma menjadi faktor utama kopi beraroma tembakau. Bahkan tanaman pendamping seperti tembakau berkualitas terbaik dan ditunjang tanah yang subur menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas biji kopi.
Kopi yang banyak disandingkan di lahan tembakau lereng Sindoro itu, sebagian besar jenis Arabika dan sangat cocok, hingga rasa banyak faktor yang menentukan, dari budidaya, paska panen dan penyajian yang benar. (Irwandi Ardianto/rs)