PEKALONGAN[Kampusnesia] – Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Muktabaroh An-Nahdliyyah (Jatman) akan semakin gencar memprioritaskan amalan tarekat di kalangan pemuda, pelajar dan santri, setelah sebelumnya berhasil mensosialisasikan di lingkungan kampus perguruan tinggi.
Koordinator Humas dan Dokumentasi Panitia Muktamar ke-12 Jatman, Drs Ngishom Cholil kepada mengatakan melalui jamaah Mahasiswa Thariqoh Al-Muktabaroh An-Nahdliyyah (MATAN) yang sudah mulai eksis, Jatman akan memperluas segmentasi pembinaan rohani dikalangan anak muda.
“Langkah itu merupakan salah satu keputusan hasil sidang Komisi MATAN yang diikuti 600 orang mahasiswa dan segera disahkan menjadi keputusan Muktamar ke-12 Jatman, “ ujarnya kepada Kampusnesia.com, Rabu. (1`7/1)
Dengan demikian, lanjutnya, ke depan gerakan MATAN tidak hanya di lingkungan kampus saja, tetapi juga bergerak keluar menyentuh dunia kepemudaan dan pelajar pada umumnya.
Menurutnya, tugas MATAN paska Muktanar ke-12 Jatman akan semakin berat dan menantang, karena problematika kaum muda di dalam kampus sangat berbeda dengan kalangan muda di tengah masyarakat atau di luar kampus.
Perluasan basis pengembangan dan pengenalan ajaran tarekat yang segmentis ini, sekaligus perwujudan partisipasi Jatman dalam membantu Pemerintah melaksanakan program revolusi mental.
Sebelum mendapat bimbingan, dia menambahkan keagamaan dari mursyid, para murid tarekat diperkenalkan dengan ajaran akhlak mulia, kemudian ajaran mulia itu diupayakan selalu melekat pada dirinya.
“Jika upaya itu bisa dilaksanakan sudah dapat dipastikan untuk membangun mental bangsa ini akan secepatnya terwujud. Ajaran dan amalan tarekat seiring dengan gerakan revolusi mental yang digalakkan Pemerintahan Joko Widodo saat ini,” tutut Cholil.
Dengan semakin meluasnya segmentasi tugas Jatman, diharapkan untuk mempopulerkan ajaran tarekat ini dapat didukung oleh semua pihak, terutama Pemerintah dan masyarakat.
Bahkan kian memburuknya perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, akibat terdapat kekeliruan dalam memaknai dan mengamalkan paham kebebasan. Namun, kondii itu masih dapat dikontrol melalui pengamalan ajaran tarekat. ( Iwan Arifianto/rs)