PEKALONGAN[Kampusnesia] – Organisasi Mahasiswa Ahlith Thariqoh Al-Muktabaroh An-Nahdliyyah (MATAN) memiliki ciri khas yang berbeda dengan ormas kemahasiswaan lain, meski berstatus sebagai organisasi kemahasiswaan.
Sekretaris Umum Idaroh Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Muktabaroh An-Nahdliyyah (Jatman), KH Muhammad Masroni mengatakan pembeda MATAN dengan organisasi lainnya adalah pada karakter yang melekat pada tiap-tiap anggotanya.
“Berbeda dengan organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan pada umumnya, MATAN sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan Jatman memiliki karakter khusus, hingga semua anggotanya mengamalkan thoriqoh dibawah bimbingan para guru atau mursyid,” ujarnya, Rabu (17/1).
Menurutnya, sebagai wadah yang menghimpun anak- anak muda pengamal ajaran thariqoh . organisasi ini selalu mengutamakan perintah-perintah dari para mursyid.
Kyai Masroni yang juga pengasuh pondok pesantren Sunan Gunung Jati Ba’alawy Malon Gunungpati, Semarang mengibaratkan, MATAN adalah seorang anak, sedangkan para guru mursyid adalah orang tuanya, sehingga MATAN tidak hanya menjadi anak yang pandai, akan tetapi justru lebih mengutamakan sebagai anak yang soleh.
Dengan demikian, lanjutnya, sebagai anak soleh, sekaligus sebagai kader pelanjut perjuangan Jatman, bahkan MATAN harus selalu mengikuti dan bersama-sama seiring sejalan dengan orang tua, tidak boleh bergeser sedikitpun.
Seluruh anggota MATAN, dia menambahkan harus benar-benar memahami, meresapi dan mengerti posisinya. Tidak boleh toleh kanan dan kiri, tetapi lurus dan istikomah atau konsisten mengikuti jejak langkah orang tua.
“Ketaatan inilah yang juga menjadi pembeda dengan ormas kemahasiswaan yang lain. Kami mengharapkan dengan hadirnya MATAN akan semakin mempopulerkan ajaran thoriqoh ke tengah masyarakat. Bahkan untuk bisa berthoriqoh tidak harus menunggu saat usia memasuki senja atau tua, tetapi bisa dilakukan pada saat usia masih muda,” tuturnya. (Iwan Arifianto/rs)