SEMARANG[Kampusnesia] – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng tidak akan memobilisisasi warganya untuk memilih salah satu pasangan calon (Paslon) Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Tengah dalam Pilgub yang akan digelar pada Juni mendatang.
Rois Syuriyah PWNU Jateng, KH Ubaidillah Shodaqoh, SH mengatakan sesuai dengan ketentuan organisasi NU tidak akan melibatkan diri dalam kontestasi dan kepentingan-kepentingan politik praktis, karena NU bukan partai politik dan bukan bagian dari partai politik.
“NU membebaskan warganya dalam menentukan pilihan terhadap peserta Pemilu atau Pilkada. Sikap ini sebagai bentuk penghormatan organisasi terhadap hak-hak politik yang melekat pada setiap warga negara dalam berdemokrasi,” ujarnya kepada Kampusnesia.com, di Semarang Jum’at (19/1)
Menurut Kyai Ubed, panggilan akrab KH Ubaidullah, pernyataan ini sekaligus sebagai respon dan jawaban atas munculnya pertanyaan – pertanyaan dari berbagai pihak, termasuk dari warga NU sendiri yang menanyakan bagaimana sikap NU dan warga NU Jateng, dalam mensikapi dua Paslon Gubernur Jateng yang akan berkompetisi dalam Pilgub 2018.
PWNU Jateng, lanjutnya, tidak akan mengeluarkan statmen politik apapun terkait dengan Pilgub Jateng dan Pilkada di 7 Kabupaten/Kota di Jateng yang dilakukan secara serentak itu, mengingat NU sudah memiliki aturan dan acuan yang jelas, mulai dari butir-butir khittoh 1926 dan Pedoman Berpolitik warga NU yang diterbitkan sudah sejak lama.
Warga NU, dia mmenambahkan seharusnya sudah paham tentang acuan berpolitik praktis, apalagi sudah berkali-kali terlibat dalam pusaran pesta demokrasi baik di era Orde Baru (Orba) maupun reformasi.
Kyai Ubaid yang juga pengasuh pondok pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Semarang optimis warga NU sudah memiliki kemampuan dalam menjatuhkan pilihannya, meski secara organisasi harus bersikap, paling sebatas mendorong kepada warga agar menggunakan hak politiknya, jangan golput atau tidak memilih dalam Pilkada.
“Bahkan sebaliknya saya malah meragukan kesiapan dan kedewasaan pihak-pihak di luar NU dalam Pilkada inim sehingga diharaplan agar semuanya memahami Pilkada ini adalah proses demokrasi yang biasa dan rutin,” tuturnya.
Mmenuruynya, hanya karena beda pilihan jangan sampai terjadi kegaduhan. Bagi warga NU beda pilihan dan pandangan itu sudah biasa, justru pihak luar NU-lah yang sepertinya belum siap, sehingga dalam upaya menutupi ketidaksiapannya itu berupaya menarik-narik warga NU (smh )
mantabbbb……lanjut teruskan…..