SEMARANG[Kampusnesia] – Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang berupaya akan meningkatkan kemampuan untuk bertahan hidup dalam suasana ekstrim (survival) di lingkungan aktivis pecinta alam bagi mahasiswanya yang bergabung dalam wadah Mahasiswa Komunikasi Pecinta Alam (Makupala – STIKOM).
Ketua Makupla STIKOM Semarang Tri Rizkiono menuturkan survival bagi setiap aktivis pecinta alam itu sangat penting, karena selain harus memiliki jiwa yang akrab dengan lingkungan juga harus memiliki stamina yang prima.
“Dengan demikian, Makupala akan memprioritaskan program pelatihan survival kepada para anggotanya, terutama para pemula yang baru mengikuti proses rekrutmen, ujarnya kepada Kampusnesia.com, Sabtu (19/1).
Menurutnya, langkah awal yang telah dilakukan di antaranya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan mengikut sertakan anggota Makupala dalam program pelatihan survival yang diselenggarakan Survival Skill Indonesia(SSI) di bumi perkemahan Sinolewah, Sleman Yogyakarta selama dua hari akhir tahun lalu.
SSI merupakan sebuah lembaga yang dikelola oleh para senior aktivis pecinta alam dari berbagai daerah yang sudah memiliki jam terbang sangat tinggi.
Lembaga ini, lanjutnya, memiliki kepedulian untuk mencetak para mentor yang memiliki spesifikasi kemampuan survival.
“Kami berkesempatan mengikuti program itu, sealigus untuk membenahi manajemen organisasi Makupala, bahkan tahun ini kani akan siapkan program penguatan anggota yang iramanya mirip dengan irama kegiatan survival,” tutur Teges panggilan akrab Tri Rizkiono.
Penyelenggaraan langsung, dia nenambahkan untuk program survival sangat membutuhkan dukungan sumberdaya manusia (SDM) yang banyak dalam pengelolaan itu dan dana yang cukup untuk mendukung pembiayaan operasionalnya.
Menurutnya, seringnya terjadi kecelakaan para pecinta alam saat berada di alam bebas, akibat kualitas kemampuan survivalnya sangat rendah, terutama yang menyangkut masalah teknik survival, navigasi, dan mountaineering.
Sedikitnya, kata Teges, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh pecinta alam saat melakukan kegiatan di alam terbuka, meliputi pikiran dan hati positif, shelter (kekebalan/daya tahan tubuh), bekal api (untuk penghangat tubuh dan usir binatang buas) serta sinyal keberadaan/lokasi.
“Survival tetap mengacu pada teori The rules of three, meliputi kemampuan bertahan hidup saat menghadapi problem tiga menit tanpa oksigen, tiga jam terpapar cuaca ekstrim, tiga hari tanpa minum dan tiga minggu tanpa makanan,” ujar Teges (smh ).