SEMARANG[Kampusnesia] – Banyak pengelola wisata yang masih melupakan tata nilai dasar dari sebuah kepariwisataan, sehingga keunikan yang dimiliki destinasi wisata semakin tenggelam kurang mengundang minat kunjungan para wisatawan.
Motivator Prie GS mengatakan tata nilai dasar dari sebuah kepariwisataan harus tetap ditinjolkan, karena merupakan ruh yang mampu memunculkan sikap turistik yang bakal mampu mengundang minat kunjungan para wisatawan.
“La kalau sudah turistik, bahkan konon diduduki Plato di Yunani, jadi tempat wisata terkenal. Gua Hiro dan Gua Kreo, itu jauh lebih bagus Kreo. Namun, karena memiliki nilai, baik batu dan gua Hiro itu jauh lebih banyak pengunjungnya,” ujarnya memberikan contoh di sela Coffee Morning Pegiat Wisata yang digelar di Hotel Aston Inn Pandanaran, Sabtu (27/1).
Menurutnya, tata nilai tersebut merupakan ruh yang mampu memunculkan sikap turistik yang dapat diandalkan untuk mengundang minat kunjungan para wisatawan.
Tata nilai, lanjutnya, sebagai ruh itui akan menjadi tuntunan bagi pengelola untuk mewujudkan konsep seperti yang diinginkan para turis, yang diyakini akan memunculkan keunikan dan perbedaan mendasar yang tidak dimiliki destinasi wisata lain.
Bahkan, dia menambahkan pengelola wisata juga harus konsisten dalam melakukan kreativitas dan inovasi. Dedikasi yang diberikan juga diyakini akan memberikan efek positif dengan sendirinya selama pengelola memegang teguh nilai-nilai di atas.
“Seperti wisata Maerakaca misalnya. Mengapa tidak dikonsep sebagai eco-tourism dengan mengoptimalkan hutan mangrove yang ada?. Konsep detilnya seperti apa, ya monggo dipikirkan,” tuturnya.
Gerakan dan aktivitas pariwisata sebaiknya pula tidak hanya pada fisik, namun lebih menekankan pada ideology, meski bukan merupakan salah satu trik destinasi wisata yang menampilkan spot yang instagramable, namun ada baiknya ditunjang dengan konsistensi, karena kalau hanya sekedar spot unik, tempat lain juga menawarkan hal serupa.
Menjadi diri sendiri dengan menonjolkan kearifan lokal, juga dapat menjadi solusi lain untuk meningkatkan daya minat kunjungan pariwisata ke Kota Semarang.
Dia mengharapkan seluruh Komunitas Pegiat Wisata agar tidak terintimidasi hal dari luar serta konsisten menyebarkan kebaikan di bidang pariwisata.
“Kampanye membuang sampah bisa juga menjadi salah satu daya pengungkit,” ujar Prie.
Koordinator Pegiat Wisata Kota Semarang Gus Wahid menuturkan jika coffee morning merupakan agenda rutin bulanan yang mempertemukan seluruh elemen wisata Kota Seamarang, baik dari sektor pengelola destinasi, Pemerintah hingga wisatawan.
Kegiatan itu, lanjutnya, diharapkan dapat menjembatani kepentingan banyak pihak, bahkan juga dapat memberikan kritik dan saran terkait kebijakan pariwisata Kota Seamarang. Dengan kehadiran Prie GS pada kegiatan itu, diharapkan mampu memberikan suntikan moral bagi Pegiat Wisata terutama di awal tahun, untuk terus memberikan kontribusi positif bagi Ibukota Jateng ini.
“Masih dalam waktu awal tahun, kami hadirkan pakar motivator dan public speaking, sehingga agak berbeda dengan coffee morning sebelumnya yang lebih banyak berdikusi perkembangan dan persoalan wisata di Semarang,” ujarnya. (rs)