Home > HEADLINE > Menikmati Gurihnya Daging Bebek Rempah Semarang

Menikmati Gurihnya Daging Bebek Rempah Semarang

SEMARANG[Kampusnesia] – Masakan olahan dari daging bebek mungkin terdengar sudah biasa, baik dijadikan bebek goreng, ricak-ricak maupun opor. Namun, menu bebek dapat dimasak sedikit berbeda dengan racikan bumbunya menggunakan rempah juga non MSG.

Berlatar dari meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat, Naneth Ekopriyo salah seorang penggiat kuliner menangkap peluang bisnis itu dengan mencoba membuka warung bebek rempah yang bahan bakunya daging bebek.

Bebek Rempah ini berbeda dengan kuliner bebek yang lain, baik dari pengolahan maupun bumbunya, karena bumbunya menggunakan racikan rempah-rempah dan juga non MSG

Sedangkan dari segi pengolahannya, bebek rempah ini ternyata memakan waktu proses cukup lama hingga selama dua hari.

Menurut Naneth pangggilan akrab Naneth Ekopriyono itu, proses pengolahan bebek diungkep selama dua hari dua malam. Proses tersebut dilakukan supaya bumbu rempah benar-benar meresap hingga kedalam daging dan menjadikan daging bebek lebih lembut serta tidak amis.

“Bumbunya biar meresap ke dalam dagingnya, soalnya kalau belum dua hari belum bisa dijual,” tuturnya kepada Kampusnesia.com saat ditemui di Warung Bebek Rempah di Jalan Kusumawardani nomer 5 Semarang.

Cukup menarik, selain prosesnya yang lama, proses menggoreng bebek rempah juga berbeda dengan lain. Jika biasanya kuliner bebek digoreng menggunakan minyak goreng, Bebek rempah sebaliknya.

Supaya daging bebek tetap sehat jika dikonsumsi, ujar Naneth, untuk proses penggorenganya dilakukan dengan cara disangan, alias digoreng menggunakan tembikar tanpa minyak, kemudian setelah itu, bebek rempah dapat disajikan kepada pelanggan. “Jadi minyak yang dipakai menggunakan lemak yang keluar dari daging bebek. Dengan begitu dagingnya terasa lebih gurih dan bumbu rempahnya tidak hilang,” ujar wanita berparas cantik itu.

Menurutnya, untuk bebeknya pun tidak asal daging bebek, namun benar-benar pilihan, terutama khusus bebek yang berumur enam sampai tujuh bulan.

Saat dicoba, daging bebek rempah cukup empuk dan tidak berbau amis. Bumbunya pun terasa meresap kedalam daging bebek.

Naneth menuturkan sebenarnya sudah sejak November 2014 lalu sudah mulai membuka usaha bebek rempah. Namun, pada saat itu masih sebatas hanya melayani pemesanan.

“Bahkan dalam perjalanan usaha ternyata semakin hari peminatnya terus bertambah, akhirnya kami memutuskan untuk membuka warung diawal tahun ini,” tuturnya.

Bebek rempah, menurut Naneth,  bisa menjadi salah satu kuliner andalan kota Semarang dan menjadi ciri khas kota Semarang,  sehingga Kota Semarang tidak hanya terkenal dengan kota Lunpia tetapi juga terkenal karena bebek rempahnya.

Dia menuturkan dalam menjalani bisnis kuliner ini tidak hanya berhenti sampai hanya membuka warung, namun ke depan tengah disiapkan untuk lebih dikembangkan dan berupaya bisa bermitra dengan masyarakat.

“Saya ingin mengembangkan lagi, ke depan ingin membuka kemitraan dengan masyarakat seperti warabalaba, sehingga mereka cukup menyediakan tempat dan kita yang memasok bahannya,” ujarnya. (Irfandi Ardianto/rs)

 

* Artikel ini telah dibaca 2,202 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *