JAKARTA[Kampusnesia] – PT Phapros Tbk kembali berhasil memenangkan tender obat e-catalogue untuk dua tahun ke depan, setelah sebelumnya 2017 juga memenangkan tender pengadaan obat untuk program BPJS Kesehatan (e-catalogue) yang diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) senilai Rp498 miliar.
Anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) yang berbasis di Simongan Semarang itu bakal memproduksi obat e-catalogue berdasarkan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) fasilitas kesehatan diseluruh Indonesia yang ditetapkan oleh Pemerintah, dari hasil tender lelang itu.
Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami mengatakan untuk 2018 ini nilai e-catalogue yang dimenangkan Phapros mengalami kenaikan lebih dari total nilai lelang e-catalogue sebelumnya tahun lalu senilai Rp 498 miliar.
“Ke depan perusahaan akan pastikan agar supply produk tetap baik dan terjaga, sehingga hasinya bisa memberikan yang terbaik untuk menyukseskan program JKN/BPJS Kesehatan,” ujarnya.
Menurutnya, peluang Phapros untuk masuk ke pasar e-catalog dari tahun ke tahun semakin besar, jika 2013 nilai anggaran belanja negara terhadap produk e-catalog di sektor kesehatan mencapai lebih dari Rp 4 triliun, mengalami peningkatan pada 2017 – 2018 mencapai sebesar Rp9 triliun, sehingga diharapkan mampu mendorong Phapros untuk bisa memberikan kontribusi positif di era JKN seperti saat ini.
Berdasarkan pengumuman yang disampaikan LKPP pada akhir 2017 lalu, Phapros kembali memenangkan tender e-catalogue untuk dua periode 2018 dan 2019 senilai Rp2 triliun, terdapat 27 jenis obat paket lelang yang dimenangkan Phapros, di mana jumlah itu masih di luar 9 jenis obat paket tambahan senilai lebih dari Rp 40 miliar, sehingga total obat yang dimenangkan Phapros sebanyak 36 jenis.
Sedangkan dari 36 jenis obat yang dimenangkan Phapros dalam e-catalogue berupa Tablet Tambah Darah (TTD) dan Fixed-Dose Combination (FDC) sebagai obat TB menjadi kontributor terbesar, hingga mencapai lebih dari Rp300 miliar.
“Tablet Tambah Darah dan FDC merupakan program Pemerintah yang tengah berupaya menurunkan penderita anemia pada remaja dan ibu hami yang berujung menurunkan angka kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis (stunting),” ujar Emmy panggilan akrab Barokah Sri Utami.
Selain itu, dia menambahkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita juga akibat kekurangan gizi dan kasus TB, yang angkanya masih besar di Indonesia, sehingga dengan dimenangkannya TTD dan FDC diharapkan bisa semakin menguatkan komitmen Phapros untuk berkontribusi mengatasi kedua masalah utama di bidang kesehatan itu.
Phapros, tutur Emmy, memiliki kekuatan di produk obat TB (tuberculosis) dan Tablet Tambah Darah. Optimalisasi kapasitas produksi yang didanai oleh penerbitan MTN juga diarahkan untuk produksi kedua jenis obat tersebut.
“Berdasarkan hasil lelang e-catalogue tahun lalau, Phapros berhasil memenangkan dua paket e-catalogue, yakni obat generik dan obat nama dagang. Ada 36 obat generik dan 2 obat nama dagang yang dimenangkan Phapros dengan total value mencapai Rp271 miliar. Total value yang besar inilah membuat Phapros berhasil menduduki peringkat pertama atau sekitar 13% dari keseluruhan nilai omzet yang ditawarkan e-catalogue mencapai lebih dari Rp 2 triliun,” tuturnya.
Menurutnya, dalam proses lelang terdapat 257 paket obat generik dan 175 paket obat nama dagang. Sebanyak 203 item obat generik dimenangkan oleh 39 provider, sedangkan 118 obat nama dagang dimenangkan oleh 41 provider.
Selain berhasil memenangkan tender e-catalogue, awal tahun ini Phapros juga mulai fokus ke bisnis alat kesehatan. Pada 22 April 2017, Phapros telah meluncurkan produk implan khusus sendinya, Implancast, bertepatan dengan acara Indonesia Hip and Knee Society (IHKS) Scientific Meeting (Perkumpulan dokter bedah orthopedi Indonesia) di Belitung. (rs)