REMBANG[Kampusnesia] – Kalangan dosen pengajar mata kuliah ilmu akuntasi di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa Tengah akan mendirikan Asosiasi Dosen Akuntansi Indonesia. (ADA), sebagai wadah untuk menampung potensi para pengajar mata kuliah itu.
Wakil Ketua Bidang Kemahasiawaan dan Kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bank BPD Jateng, Dr Edi Supriyono mengatakan untuk merealisasikan ADA itu sejak awal tahun ini telah diselenggarakan beberapa kali rapat persiapan pra deklarasi organisasi para pengajar itu.
Pembentukan wadah, lanjut, yang menampung potensi para pengajar mata kuliah akuntansi itu, untuk merespon perkembangan kebutuhan tenaga akuntan yang terus berkembang pesat.
“ADA Indonesia tumbuh dari bawah. Pertama kali didirikan oleh dosen-dosen akuntasi perguruan tinggi di Medan Sumatera Utara,” ujarnya, kepada Kampusnesia.com disela mengikuti Rapat Kerja Pimpinan Poerguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan PTN/PTS Rayon I Provinsi Jawa Tengah di Rembang akhir pekan lalu.
Menurutnya, setelah Medan dalam waktu dekat ADA Indonesia akan dideklarasikan di Banten dan Aceh, menyusul deklarasi untuk Jawa Tengah dijadwalkan Maret mendatang.
Rapat persiapan deklarasi dan penyusunan drat calon pengurus akan dilaksanakan di Semarang Sabtu 24 Februari mendatang.
Wadah yang menghimpun pengajar akuntansi, dia menambahkan untuk meningkatkan kualitas dosen, sekaligus merupakan wujud respon kampus terhadap perkembangan dinamika yang sedang berlangsung di tengah masyarakat bisnis yang sangat membutuhkan peran SDM akuntan.
Dunia usaha menuntut tersedianya akuntan yang kompeten dan berstandar internasional, seiring dengan datangnya era globalisasi yang menyentuh sektor riil dan usaha-usaha berskala mikro. Sektor mikro kalau sudah bersentuhan dengan bisnis global sudah dipastikan harus standar International Financial Reporty Stabdard (IFRS) untuk diterapkan.
“Siapapun dalam era sekarang akan menjadi bagian dari masyarakat global, interaksinyapun dituntut untuk memenuhi standar global, termasuk dalam mengelola usaha, sehingga masyarakat kampus, terutama para pengajar mata kuliah akuntasi harus merespon itu, agar je depan para mahasiswanya setelah lulus bisa langsung memenuhi kebutuhan dunia usaha dalam skala apapun,” tutur Edi yang juga sebagai inisiator pembentukan ADA Indonesia Jateng.
Dia menuturkan terkait dengan keberadaan san peran Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tidak ada masalah dan tidak berbenturan, mengingat keduanya memiliki arena yang berbeda.
IAI itu, ujar Edi. wadahnya para professional akuntan, sedangkan ADA Indonesia wadahnya para dosen, tentu sangat berbeda antara problem dosen yang harus menyiapkan SDM melalui bangku kuliah dengan para professional yang terkait langsung dengan problem di lapangan.
Sejumlah guru besar ilmu ekonomi dari berbagai perguruan tinggi di Jateng, tuturnya, sangat mendukung rintisan yang dilakukannya, karena wadah ini akan membantu perkembangan ilmu akuntansi ke depan akan semakin dibutuhkan masyarakat modern.
Dengan demikian, kata Edi, sudah sewajarnya kalau kalangan perguruan tinggi mengambil prakarsa-prakarsa, rintisan dan kepeloporan dalam upaya mendorong ilmu-ilmu yang didalami di perguruan tinggi oleh mahasiswa dapat dengan lebih mudah diaplikasikan di kalangan masyarakat. ( smh )