Home > HEADLINE > KNPI Kota Semarang Dorong Aktivis Pemuda Dan Mahasiswa Berpolitik Praktis Lewat Parpol

KNPI Kota Semarang Dorong Aktivis Pemuda Dan Mahasiswa Berpolitik Praktis Lewat Parpol

SEMARANG[Kampusnesia] – Para aktivis pemuda dan mahasiswa sudah saatnya berpolitik praktis sejak dini, melalui berbagai partai politik (parpol) yang ada, sebagai upaya untuk ikut berdemokrasi yang sejati.

Ketua Dewan Pengurus Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia ( DPD KNPI ) Kota Semarang Choirul Awaludin S Sos I mengatakan parpol sebagai instrumen penting dalam demokrasi harus dikendalikan kader bangsa yang di dalam dirinya melekat erat jiwa dan semangat negarawan.

Dengan demikian, lanjutnya, jika parpol hanya dipenuhi orang – orang yang hanya berjiwa politis saja, dikhawatirkan akan menghambat jalannya demokrasi yang sejati.

“Politikus yang sekaligus negarawan tidak akan muncul secara tiba-tiba, tetapi harus melalui proses panjang,” ujanya, di Semarang, Kamis (15/1).

Menurutnya, proses itu harus dimulai sejak dini, misalnya sejak mulai di bangku kuliah sudah ikut menjadi aktivis kampus baik ekstra maupun intra mulai menjajaki hingga memilah-milah parpol mana yang diminati.

Saat berada di lingkungan parpol, dia menambahkan para mantan aktivis pemuda – mahasiswa harus mampu tampil maksimal, yang pada akhirnya mampu mendorong parpol dapat lebih berkembang dan maju.

Choirul Awaludin S Sos Ketua DPD DPD KNPI) Kota Semarang I

Dia menuturkan KNPI organisasi yang dipimpinnya kini tengah melalukan ekaperimen untuk mencetak politisi, yang sekaligus dapat menjadi negarawan, dengan mendorong fungsionaris pengurus untuk aktif di parpol, bagi yang belum bergabung ke parpol dan sebaliknya bagi yang sudah bergabung ke parpol hendaknya dapat mempelopori dan modernisasi.

Realisasinya  dimulai dari bawah, kata Choirul Awaludin, dalam menyusun pengurus KNPI di tingkat Kecamatan komposisinya beragam. Unsur representasi parpol bakal diprioritaskan.

Dengan langkah itu, lanjutnya, sejak dini para politisi muda sudah memulai latihan mengenali dan meahami habitat politiknya.

“Dengan demikian jika pada saatnya mereka sama-sama memimpin partai yang berbeda  sudah terbangun komunikasi politik yang lancar, karena sudah terlatih sejak dini,” tuturnya. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 366 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *