Home > HEADLINE > BKKBN Dilibatkan Atasi Permasalan Gizi Buruk

BKKBN Dilibatkan Atasi Permasalan Gizi Buruk

SEMARANG[Kampusnesia] –  BKKBN dilibatkan dalam penanganan stunting atau permasalahan gizi buruk kronis mulai dalam merancang hingga mengimplementasikan program dengan melibatkan kader di tingkat bawah, terutama untuk daerah yang terindikasi stunting atau angka prevalensinya di atas rata-rata nasional.

“BKKBN telah mengundang 100 Kabupaten/Kota yang menjadi proyek penanganan dan penanggulangan stunting dalam rapat koordinasi nasional,” ujara Sekretaris Utama BKKBN Nofrijal dengan di dampingi Kepala BKKBN Jateng Wagino, di Semarang, Selasa (20/2).

Menurutnya, BKKBN bersama organisasi perangkat daerah (OPD) terkait bertugas menyediakan data melalui pendataan keluarga yang didalam pendataan keluarga, akan ada indikasi keluarga yang terkena gizi buruk, serta edukasi mengenai pola pengasuhan.

Menyediakan media belajar, lanjutnya, menjadi tugas BKKBN. Selain juga akan memperkuat kader, pos keluarga berencana, subpos KB, menambah pengetahuan mengenai stunting, serta pemetaan desa.

Stunting, dia menambahkan tidak hanya disebabkan keadaan kurang gizi, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan orang tua, lingkungan yang tidak bersih dan budaya masyarakat.

“Petugas lapangan KB akan mendapatkan pelatihan khusus untuk penanganan stunting. Saat ini  masih daam pembahasan untuk pelatihannya terintegrasi atau berdiri sendiri, agar mereka paham betul mengenai stunting,” tuturnya.

Menurut Nofrijal, sebelumnya para kader sudah mendapatkan bekal mengenai usaha peningkatan gizi keluarga melalui program empat sehat lima sempurna dan ke depan akan direvitalisasi kembali.

“Pelatihan akan ada pelatihan dasar dan lanjutan. Setidaknya ada satu sampai dua kali pelatihan bagi masing-masing petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) dengan materi sebanyak 70% merupakan kurikulum nasional dan sisanya bisa dengan materi lokal sesuai kebutuhan daerah masing-masing,” ujarnya.

Pada tahun ini, tutur Nofrijal, terdapat 100 Kabupaten/Kota yang masuk dalam program penanganan sstunting dengan masing-masing ada 10 desa. Selain pelatihan, daerah dengan stunting atau dengan prevalensi stuntingnya di atas rata-rata nasional juga akan digarap dengan padat karya.

“Padat karya akan dipercepat, karena peningkatan kesejahteraan ekonomi menjadi prasyarat untuk penanggulangan stunting jangka panjang,” tutur Nofrija. (rs)

 

* Artikel ini telah dibaca 77 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *