SEMARANG[Kampusnesia] – Para ulama di Jateng bersama masyarakat tetap waspada dan melakukan koordinasi serta komunikasi dengan aparat keamanan secara diintensifkan menjaga kondisi untuk mencegah terjadinya aksi teror.
Meski di wilayah Jawa Tengah tidak terjadi kasus teror kepada para ulama dan perusakan tempat-tempat ibadah yang dilakukan oleh orang “gila”, seperti di beberapa daerah lain, namun para ulama bersama masyarakat harus tetap waspada.
Sekretaris Majlis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah, KH Drs Ahmad Multazam, M.Pd mengatakan keheranannya mengapa para ulama yang sehari-harinya membimbing umat tanpa pamrih menjadi sasaran dan ancaman teror. Bahkan belakangan ancaman serupa juga dialami oleh para pemuka agama non Islam.
“Ini fenomena apa, tokoh agama sudah banyak berkorban, tidak terhitung pengabdiannya kepada bangsa ini kok jadi sasaran teror dan penganiayaan,” ujarnya, di sekretariat MUI Jateng, komplek Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima Semarang, Sabtu (3/2).
Menurutnya, para jamaah yang setiap hari diasuh oleh para kyai atau ustadznya bersama-sama masyarakat senantiasa menjaga keselamatan dari berbagai bentuk gangguan yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab, apapun motivasinya dan siapapun pelakunya.
Apalagi, lanjutnya, pelakunya adalah orang gila yang konon baru diketahui para pelaku itu orang gila setelah ditangkap masyarakat. Beruntung masyarakat masih sabar, sehingga pelakunya diserahkan kepada aparat keamanan.
Aparat keamanan diharapkan bertindak profesional dan cermat dalam menghadapi kasus seperti ini. Jangan cepat mengatakan pelaku teror ulama atau kyai itu orang gila. Pernyataan sebagai orang gila harus diungkapkan oleh pihak yang berkompeten.
Dengan demikian, ujar Ahmad Multazam, kalau yang menyatakan bukan pihak yang berkompeten akan memunculkan kecurigaan dari publik , kalau ini yang terjadi akan terjadi distrust atas menurunnya semangat kepercayaan masyarajat kepada aparat.
Menurutnya, untuk mencegah agar tidak sampai terjadi distrust hendaknya dibangun agenda silaturahmi antara aparat keamanan bersama para semua tokoh agama dan masyarakat, tidak terbatas dengan kalangan ulama saja.
Kalau ini bisa dijalankan, dia menambahkan akan mempersempit ruang gerak para pelaku teror terhadap ulama. Orang yang akan mengganggu ulama atau kyai dimanapun berada akan berfikir ulang atau tidak berani melakukan aksinya, karena aparat keamanan bersama masyarakat selalu siap melawan aksi mereka.
“MUI Jateng akan berkoordinasi dengan instansi aparat keamanan di tingkat provinsi, yang diharapkan langkah ini dapat dilanjutlan oleh MUI dan aparat keamanan di tingkat Kabupaten/Kota hingga ke akar rumput,” tutur Kyai Multazam. (smh).