Home > EKONOMI & BISNIS > Krisis Manajemen Internal Menjadi Faktor Utama Tutupnya Media Cetak

Krisis Manajemen Internal Menjadi Faktor Utama Tutupnya Media Cetak

SEMARANG[Kampusnesia] – Faktor internal manajemen media massa lebih mendominasi  dibanding dengan faktor eksternal terkait dengan tutupnya sejumlah media cetak, terutama sejumlah surat kabar harian di beberapa daerah  yang terjadi akhir-akhir ini.

Mantan Ketua Pengurus Cabang Serikat Penerbit Pers (SPS) Jawa Tengah H Soetjipto SH, MH mengatakan sangat prihatin atas berlanjutnya krisis yang melanda dunia media cetak akhir-akhir ini. Perubahan perilaku konsumen yang mulai meninggalkan media cetak dalam memenuhi kebutuhan asupan informasi tidak bisa disalahkan begitu saja.

“Sebelumnya di era Orde Baru sikap represif dari ekternal menjadi momok bagi pengelola media, sekarang ini ancamannya justru dari dalam. Krisis manajemen internal dalam mengantisipasi berbagai perubahan misalnya, menjadi faktor utama kegagalan mempertahankan kelangsungan media cetak,” ujar Soetjipto, di Semarang Senin (5/3)

Menurutnya, secara khusus sangat prihatin atas berhentinya surat kabar harian yang terbit di Yogyakarta  awal Maret ini. Bersamaan dengan berhenti terbit, media yang terbit di era perjuangan kemerdekaan ini tetap menghampiri pembacanya untuk memberikan layanan informasi dengan beralih ke media online.

Revolusi digital, lanjutnya, di satu sisi memang semakin memanjakan para konsumen media, sekaligus memperlancar tugas-tugas jurnalistik bagi para wartawan dan pengelola departemen redaksi dalam institusi media massa. Namun, tak tesasa, fasilitas ini telah mengubah perilaku konsumen media, semakin menjauhi media cetak karena alasan kepraktisan dan keefisienan.

Dengan demikian, dia manambahkan agar media cetak tetap bisa bertahan diperlukan sikap kewaspadaan dan profesionalisme dalam membaca tanda-tanda pesatnya perkembangan zaman  oleh kalangan pengelola media massa terutama media cetak surat kabar harian.

Media online, ujar Soetjipto, memang sangat unggul dari sisi aktualitas. Namun, pada hakekatnya  pembaca juga membutuhkan informasi yang lebih lengkap, detail, lebih naratif dan sebagainya, terutama untuk informasi-informasi tertentu seperti olah raga dan politik.  Hal ini hanya bisa tersajikan di media cetak.

H Soetjipto SH, MH Mantan Ketua Pengurus Cabang SPS Jateng

Selain itu, tutur staf pengajar mata kuliah Hukum Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang ini, faktor kemampuan dalam berinovasi  juga akan berpengaruh terhadap kemampuan awak media dalam mengimbangi perilaku konsumen media ditengah berlangsungnya revolusi digital saat ini.

“Revolusi digital tidak bisa dihindari, sebaliknya harus dimanfaatkan untuk  melengkapi dan memperlancar penyebaran informasi oleh institusi media, sehingga para pengelola media, termasuk peran wartawan harus mampu membangun sinergi antara media yang sudah ada diintegrasikan dengan media online,” ujarnya.

Menurutnya, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan masa atau waktu yang cukup agar realisasi sinergi antar media dalam satu sistem media yang terintegrasi bisa berlangsung dengan lancer. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 341 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *