Home > HEADLINE > Warga Emosi Melihat Reka Ulang Pembunuhan Metha

Warga Emosi Melihat Reka Ulang Pembunuhan Metha

SEMARANG[Kampusnesia] – Jajaran Kepolisian Polrestabes Semarang beserta Polsek Ngaliyan menggelar rekontruksi kasus pembunuhan seorang ibu rumah tangga istri pegawai BRI bernama Meta Novita Handayani (36) yang terjadi pada Kamis lalu (1/3), di Perum Putri Bukit Delima B-9 no 17 RT 03 RW 08 kelurahan Beringin, Kecamatan Ngaliyan Semarang.

Hadirnya kedua pelaku di lokasi membuat puluhan warga tetangga korban pun emosi, dan meluapkan dengan menyoraki pelaku. Selain itu keluarga korban yakni Ibu dan Adik juga hadir menyaksikan rekontruksi dengan meneteskan air mata.

“Huuuuuuuuu….kok tega banget kamu,” seru warga yang menyaksikan rekontruksi di balik garis polisi.

Suasana tampak semakin ramai puluhan warga tampak antusias melihat rekontruksi tersebut, mereka berteriak meyorakki saat tersangka YA dan kekasihnya Rifai di hadirkan untuk melakukan adegan pembunuhan, kedua tersangka tak bisa menghindari sorakkan warga yang penuh emosi disekitar garis police line.

Kapolsek Ngaliyan Kompol Donny Eko Listianto mengatakan  ada 36 adegan reka ulang dalam rekonstruksi pembunuhan terhadap Metha Novita Handayani yang diperagakan oleh tersangka, guna untuk perlengkapan berkas Kejaksaan Negeri Semarang di Bukit Delima 9 No 17 RT 3 RW 8, Perumahan Permata Puri, Beringin, Ngaliyan, pada Senin (12/3).

“Tersangka YA (16) mantan pembantu korban yang diketahui dalang pembunuhan mengajak kekasihnya Rifai (23), dalam adegan tersangka mendekap korban dari belakang, kemudian pelaku menusukkan kebagian perut korban pada reka rekontruksi sebanyak 21 -22,” ujarnya.

Menurutnya, tersangka Rifai langsung mengekskusi korban dengan menusuk perut sebanyak 21-22 yang dilakukan tersangka.

Sementara itu, adik korban Emy Hidayati mengungkapkan korban termasuk orang baik serta ramah kepada pembantunya dan tidak pernah marah sama pembantu apabila membuat kesalahan.

“Hanya karena sepele kok tega sampai membunuh, padahal korban tidak pernah menyuruh pekerjaan yang berat untuk dikerjakan, barang seperti baju yang tidak dipakai diberikan kepada pembatunya itu, “ tuturnya.

Terkait anak korban yang masih kecil, lanjut Emy, masih trauma dan apabila ada orang jelek, item terus ada tatonya anak korban teriak histeris, namun,  sekarang pelan-pelan traumanya sedikit hilang setelah diterapi dengan psikolog.

“Kami dari pihak keluarga agar tersangka dapat dihukum yang seadilnya bila perlu hukuman mati supaya tersangka merasakan bagaimana kehilangan orang yang disayangi telah tiada,” ujarnya.

Menurutnya, korban sebelum meninggal mencari pembantu baru kemudian tetangga merekomendasikan kepada korban informasi tentang pembantu itu dari mulut ke mulut.

“Pembantu baru ini bekerja selama 2,5 bulan saja. Pada saat posisi korban kerja atau rumah kosong tersangka selalu mengajak pacarnya dirumah, hinggaakhirnya diketahui korban, rumahnya sering dibuat pacaran setelah itu korban menegurnya supaya jangan pacaran dirumah, karena kalau dilihat tetangga dikira berbuat yang gakbaik,” tutur Emy. (Andi Saputra/rs)

* Artikel ini telah dibaca 1,139 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *