Home > EKONOMI & BISNIS > Menpar Tawarkan Dukungan Nomadic Tourism Untuk Pengembangan Pariwisata Maluku Utara

Menpar Tawarkan Dukungan Nomadic Tourism Untuk Pengembangan Pariwisata Maluku Utara

JAKARTA[Kampusnesia] – Pengembangan pariwisata di daerah yang potensial untuk menjadi kawasan pariwisata berstandar Internasional harus memiliki fasilitas yang memadai di antaranya Bandara Internasional sebagai persyaratan sebagai destinasi kelas dunia.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan untuk menarik jumlah kunjungan wisata mancanegara dibutuhkan pengembangan pariwisata berstandar internasional. Namun memerlukan investasi besar dan jangka waktu yang lama.

Bahkan, lanjutnya, untuk menjadikan suatu daerah sebagai destinasi kelas dunia, salah satunya wajib memiliki bandara Internasional, yang tentunya pembangunannya cukup mahal dan bertahun-tahun rampungnya

“Pengembangan pariwisata di Provinsi Maluku Utara, misalnya dapat dilakukan melalui konsep Nomadic Tourism, dengan segala sarana pendukung pariwisata dapat dibuat secara temporary,” ujarnya saat peluncuran Calendar of Event Maluku Utara 2018, di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa malam lalu (13/3).Morotai Maluku Utara merupakan salah satu dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas dengan Atraksi utama wisata bahari. Saat ini sedang dibangun berbagai fasilitas pendukung, seperti pengembangan bandara, pengerasan dan pelebaran landasan dari 2.400×30 meter menjadi 2.400×45 meter.

Bahkan sudah memasuki pada tahap lelang di antaranya pembangunan Gedung Terminal yang ditargetkan rampung April 2018, hingga ke depan bandara ini diharapkan menjadi bandara Internasional, seperti pengalaman yang terjadi dengan Bandara Silangit dan Belitung.

Arief Yahya menawarkan untuk membantu membangun fasilitas Seaplane untuk Aksesibilitas di Maluku Utara, karena pembangunan bandara membutuhkan waktu lama.

Potensi pariwisata di Provinsi Maluku Utara, lanjutnya, sangat besar karena didukung oleh kekayaan alam, tingkat kebudayaan dan kesenian yang tinggi. Bahkan dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas Indeks Kebahagiaan 2017 dengan skor 75,68.

“Berarti kalau ada wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke wilayah itu, mereka akan merasa bahagia. Ini bagus, memang pariwisata di Maluku Utara sangat indah,” tturnya.

Menurutnya, pengembangan pariwisata dilakukan melalui konsep Nomadic Tourism merupakan bentuk akomodasi sementara seperti Glam Camp, Home Pod, karena membangun hotel akan sangat lama.“Nomadic Tourism dan Sea Plane jika dikombinasikan maka akan sempurna,” ujarnya.

Arief Yahya akan mendorong Kadispar Maluku Utara untuk menjalankan program tersebut dan Kementerian Pariwisata akan membantu dengan menghubungkan ke para investor.

Sesuai karakternya, kata Arief Yahya, nomadic, fasilitas-fasilitas tersebut juga bisa dipindah-pindah alias tidak permanen. Dengan begitu, nomadic tourism ini sangat cocok dikembangkan di daerah-daerah yang belum tersedia akomodasi seperti perhotelan atau pun homestay.

Selain itu,dia menambahkan Kemenpar juga akan mendorong industri pariwisata untuk mengembangkan produk wisata nomadic tourism dan memasarkannya.

Sementara itu, PIC Program Nomadic Tourism, Waizly Darwin menuturkan Nomadic Tourism adalah jawaban Kemenpar untuk mendongkrak jumlah amenitas pariwisata, sekaligus mengimbangi pertumbuhan kunjungan wisatawan.“Saat ini tren amenitas di tingkat global beralih ke amenitas berbasis experience. Bila dulu yang dicari adalah hotel berbintang atau non bintang, kini yang banyak diburu seperti specialty lodging, homestay/guesthouses, atau bumi perkemahan glamping,” tuturnya.

Menurutnya, kini membangun “hotel berbintang” cukup dengan modal investasi sebesar Rp70 juta per kamar dan kamar bisa didirikan di daerah-daerah yang memiliki tempat wisata. Kamar hotel juga bisa dipindah bila lokasi dianggap kurang prospektif di kemudian hari.(rs)

* Artikel ini telah dibaca 77 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *