SEMARANG[Kampusnesia] – Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah merealiasikan pembentukan Pusat Informasi, Kajian dan Pengembangan Ekonomi Syariah (PIKES) yang diresmikan, Kamis (22/3).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo mengatakan PIKES merupakan forum koordinasi dan komunikasi yang diharapkan dapat menjadi sumber data dan informasi serta wadah untuk menyusun hasil kajian dalam rangka pengembangan ekonomi syariah di wilayah Jateng.
Pembentukan PIKES yang dihadiri oleh Sekda Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono, Kepala OJK Jawa Tengah Bambang Kiswono, Kakanwil Depag Jawa Tengah Farhani, sekertaris MUI Jawa Tengah Muhyidin dan lembaga keuangan syariah, berlangsung di ruang Lokapala Lantai VIII Kantor BI jateng, di Jalan Imam Barjo, Semarang.
Menurut Hamid, di wiayah Jawa Tengah diperlukan strategi khusus, sebagai upaya untuk mendorong konerja perbankkan syariah dapat semakin meningkat lagi, dari tahun-tahun sebelumhya.
Pembenahan lembaga keuangan syariah, lanjutnya, dapat dimulai dari perbaikan manajemen, peningkatan pelayanan dan produk keuangan yang ditawarkan serta sistem ekonomi syariah yang digunakan.
“Dalam Forum PIKES ini dapat menggali lebih dalam lagi ekonomi syariah, yang diharapkan tidak hanya wacana, namun bisa direalisasikan oleh kalangan lembaga keuangan di Jatenmg,” tuturnya pada pembentkan PIKES itu.
Kerja ama, dia menambahkan dengan Kementerian Agama, Baznas, Asbisindo dan MUI, dan lembaga terkait dengan pembiayaan bisa lebih disinergikan dengan kluster yang dibina oleh Bank Indonesia, sehingga ekonomi syariah bisa tumbuh.
“Apalagi beberapa produk di antaranya yang menjadi unggulan PIKES, terutama program pemberdayaan ekonomi pondok pesantren dan panti asuhan. Di Jateng memiliki pesantren dan panti asuhan yang dapat mendorong pertumbuhan perbankan syariah,” tuturnya.
Jawa Tengah memiliki nilai-nilai sejarah keIslaman yang panjang dan mendalam, mulai dari kemunculan Wali Songo, kejayaan Kerajaan Demak pada abad ke-15, dan berdirinya organisasi Sarekat Dagang Islam pada 1905. Selain juga memiliki jumlah pondok pesantren terbesar ketiga di Indonesia mencapai sebanyak 4400 pondok pesantren yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota.
Seperti diketahui, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua dan terbesar yang menyebarkan nilai-nilai luhur keIslaman dan kebangsaan termasuk ekonomi syariah yang masih tetap relevan hingga saat ini, sehingga Jateng mempunai modal kuat untuk dapat mendukung dan menyukseskan kegiatan festival ekonomi syariah (FESyar) 2018.
Dengan demikian, lanjutnya, perlu dilakukan upaya untuk menggalang potensi seluruh stakeholder penggiat ekonomi syariah dalam satu wadah, sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mengembangkan ekonomi syariah melalui kajian/riset, pengumpulan informasi/data, dan pengembangan bisnis model ekonomi syariah.
PIKES beranggotakan penggiat ekonomi syariah dari berbagai instansi di antaranya Bank Indonesia, OJK, akademisi, Baznas dan Lembaga Keuangan Syariah. Salah satu produk unggulan PIKES adalah linkage program pemberdayaan ekonomi pondok pesantren/ panti asuhan yang melibatkan empat pihak terdiri UMKM, pesantren/panti asuhan, Baznas dan Lembaga Keuangan Syariah. Peluncuran PIKES menandai awal dimulainya kegiatan festival ekonomi syariah yang kali ini Jateng ditunjuk sebagai tuan rumah.
Sementara itu, Sekda Jatenmg Sri Puryono menuturkan dengan adanya PIKES perkembangan ekonomi syariah di Jawa Tengah dipastikan bakal maju, karena saat ini pertumbuhanya masih berkisar 5%-6% dan menempati peringkat keempat di Indonesia.
“Jika dilihat trennya naik karena ekonomi syariah merupakan ekonomi berkeadilan yang pro ke masyarakat dan target tahun ini paling tidak sama dengan nasional yang mencapai 5,7%,” ujarnya.
Menurutnya, untuk menuju target sebesar itu, masih dibutuhkan sosialisasi pemahaman dan pusat informasi untuk bisa mendorong ekonomi syariah, mengingat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi syariah masih rendah. (rs)