SEMARANG[Kampusnesia] – Pawai Lintas Agama dan Karnaval Ogoh-Ogoh 2018 berlangsung meraih, ditengah guyuran hujan yang digelar di Balai Kota Semarang Minggu (25/3).
Kegiatan itu diikuti sebanyak 24 kelompok yang datang dari berbagai daerah baik yang ber Hindu, Budha, Islam Konghucu, Kristen dan Aliran Kepercayaan, selain dikuti oleh Komunitas Batak Indonesia Raya, Budaya Jawa Gunungan Dari Mijen, Asram Narayana Dari Yogyakarta dan beberapa daerah lainnya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan berbagaio kegaiatan yang kini gencar digelar di Kota Semarang sebai upaya untuk menarik kunjungan wisatawan lebih banyak, tidak hanya sekedar wisatawan lokal, namun wisatawan domestic serta wisatawan manca negara.
Menurutnya, berbagai event direncanakan akan digelar sepanjang tahun ini untuk mewujudkan Kota Semarang sebagai kota wisata yang memiliki potensi distinasi obyek wisata cukup banyak dan bakal mampu menarik para wisatawan.
“Pawai Ogoh-ogoh merupakan salah satu event untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Berdasarkan data statistic kunjungan wisatawan ke Kota Semarang mengalami peningkatan cukup signifikan kunjungan,” ujarnya usai mengikuti Even Lintas Budaya dan Lintas Agama serta Pawai Ogoh-Ogoh 2018 itu.
Hendi panggilan akrab Hendrar Prihadi itu menuturkan beberapa agenda kegiatan wisata di Kota Semarang yang melibatkan banyak negara dan berskala Internasional kini sudah disiapkan, di antarabnya Semarang Night Carnival (SNC) 2018 yang akan digelar pada 5 Mei mendatang.
Pemkot Semarang, lanjutnya, akan bekerja sama dengan Komite Seni Budaya Nusantara untuk mendatangkan sebanyak 1000 wisatawan manca negara ke obyek wisata Waduk Jatibarang dan obyek wisata sekitar Goa Kreo, Gunungpati, Kota Semarang pada November mendatang.
Sementara Koordinator PanitiaAacara, I Kade Winaya mengatakan kegiatan yang mengambil start dari titik Nol Jakan Pemusa itu, diikuti 24 kelompok dari berbagai etnis dan agama dengan total 800 peserta.
“Tujuan event ini, sebagai sarana merajut harmoni antarumat beragama, serta seluruh komponen masyarakat Kota Semarang. Selain juga untuk menjadi cermin bahwa kebinekaan itu indah, “ tuturnya,Peserta pawai yang disambut Wali Kota Semarang itu diikuti ribuan masyarakat yang sangat antusuias ingin menyaksikan pawai ogoh-ogoh yang sangat menarik itu, karena kostum adat yang dipakai juga cukup menundang perhatian para penonton.
Melalui pawai ogoh-ogoh, Oemkot Semarang ajarkan masyarakat tentang cara menjalin keharmonisan dalam keberagaman dan perbedaan yang ada. Selain itu, merupakan salah satu misi Pemkot untuk menyadarkan masyarakat, bahwa hidup rukun damai itu enak dan indah.
“Merajut keberagaman, itu sesuatu yang mahal. Apalagi akhir-akhir ini ada gesekan antar etnik, aliran-aliran yang sebenarnya itu tidak boleh terjadi, jika kita menghayati keberagaman itu indah, jika kita bisa bersatu dan saling mengisi,” ujarnya.
Ikade menuturkan acara pawai ogoh-ogoh ini lebih menekankan identitas seni budaya lintas agama. Sejak zaman dulu Kota Semarang selalu memberikan tempat dan merangkul seluruh umat beragama yang ada. Bahkan tidak hanya itu tetapi juga suku maupun ras yang ada di Kota Semarang, untuk menjalin keharmonisan yang kondusif di Kota Semarang.
Acara ini dirintis sejak 2011 dan akan digelar rutin setiap tahun dengan swadaya dari pemerintah. Namun tiga tahun terakhir menjadi agenda Kota Semarang dan biayai oleh Pemkot, meski tidak sepenuhnya.
Dalam pawai itu, warga nampak begitu antusia, bahkan pesertanya yang rela melakukan atraksi ogoh-ogoh ditengah hujan lebat. Rina salah satu peserta dari Sanggar Tari Sarawati Semarang merasa senang dapat berpartisipasi dalam acara besar Kota Semarang ini.
“Seneng bisa berpartisipasi dalam salah satu acara besar yang ada di Semarang. Acara ini sangat bermanfaat. Selain menjadi daya tarik wisatawan, juga untuk membangun toleransi antar umat beragama,” tutur mahasiswi Undip itu.
Menurutnya kegiatan itu diharapkan ke depan mampu meningkatkan toleransi yang semakin baik, dan kota-kota besar lainnya dapat meniru acara ini, sehingga terwujud kerukunan dalam ruang lingkup yang lebih besar, agar menciptakan kenyamanan bagi setiap umat. (Lina Damayanti/rs)