Home > HEADLINE > Santri Putri Harus Dijadikan Subyek Dalam Gerakan Pencegahan Ideologi Radikal Dan Teror

Santri Putri Harus Dijadikan Subyek Dalam Gerakan Pencegahan Ideologi Radikal Dan Teror

SEMARANG[Kampusnesia] – Para santri putri harus diposisikan sebagai subyek dalam gerakan pencegahan ideologi radikalisme dan terorisme yang digelorakan oleh pemerintah, karena pesantren putri yang pengasuhnya terlibat dalam kegiatan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) sudah membentengi santri-santri asuhannya dari pengarauh gerakan kejahatan kemanusiaan luar buasa itu.

Pengasuh pondok pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri Jepara Nyai Hj Hindun Annisa Nuruddin yang juga pegiat KUPI dikawasan pantura Jateng mengatakan program gerakan pencegahan radikalisme dan terorisme yang dicanangkan pemerintah dengan melibatkan kalangan pesantren harus terlebih dahulu memahami kondisi obyektif santri dan lembaga pesantren.

“Akan salah sasaran kalau para santri yang diasuh oleh para ulama perempuan yang aktif menjadi pegiat KUPI dijadikan obyek, semestinya dijadikan subyek, mengingat dalam kesehariannya mereka sudah didoktrin untuk menangkal gerakan radikal dan teror,” ujarnya, di Semarang akhir pekan lalu.

Menurutnya, mereka bisa dijadikan duta atau ujung tombak untuk melakukan penguatan masyarakat terutama kalangan wanita muda dalam membatasi ruang gerak para pelaku teror yang tiada henti menjadikan para pemuda, pelajar dan mahasiswa sebagai sasaran rekrutmen.
Jangan malah sebaliknya, sebab kalau santri putri dijadikan obyek maka akan sia-sia atau kurang efektif.

Sentuhan untuk penguatan pencegahan radikal dan teror semestinya diarahkan kepada pihak-pihak yang diduga terjangkiti radikal teror.

Namun demikian, lanjutnya, untuk meningkatkan kewaspadaan hendaknya para ulama perempuan selalu mendorong peningkatan kreativitas para santri-santrinya, agar jika saatnya tiba, mereka diamanati untuk menjadi duta pencegahan terorisme lebih siap dalam mengembangkan strategi pecegahan radikal dan teror.karena obyek atau sasaran penguatan kondisinya terus berkembang.

Perkembangan dan dinamika itu harus terus menerus diikuti agar tidak kehilangan rekam jejak dan rekam informasinya.

Nyai Hj Hindun Annisa Nuruddin Pengasuh Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri Jepara

Hadirnya fasilitas digital, dia menambahkan jangan dihindari dan terlalu dikhawatirkan akan mengganggu proses pembelajaran di pesantren terutama pesantren putri. Namun Justru sebaliknya hadirnya era digital harus bisa dimaksimalkan dan dimanfaatkan para santri untuk menumbuhkan nasionalisme sekaligus menolak gerakan radikal dan teror.

“Dengan selalu berinovasi dalam setiap dinamikanya, para pengasuh pesantren putri bersama para santrinya secara mandiri dapat lebih leluasa dalam upaya-upaya melakaukan pencegahan terhadap berbagai ancaman bangsa, termasuk radikal dan teror,” ujar Hindun. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 244 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *