SEMARANG[Kampusnesia]-Pelaksanaan kampanye Pilgub Jateng 2018 hingga saat ini masih terkesan tenang dan nyaman tidak ada tanda gejolak suhu politik memanas.
Kondisi itu. menunjukkan masyarakat Jawa Tengah semakin matang dan dewasa dalam berdemokrasi. Hal ini bisa dijadikan contoh daerah lain dalam menggelar pesta demokrasi.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Jawa Tengah (DPW PPP Jateng) H Masruhan Syamsurie mengatakan PPP bersama-sama dengan partai lain baik yang kebetulan sebarisan maupun di barisan lain dalam mengusung Paslon Cagub-Cawagub sangat menikmati indahnya berkompetisi di arena Pilgub Jateng 2018.
“Kami sudah mengelilingi wilayah Jateng, bertemu dengan masyarakat yang sama maupun yang berbeda pilihan dalam Pilgub Jateng. Bahkan ungkapan dukungan maupun penolakan terhadap dua Paslon Cagub-Cawagub logis-logis saja, nyaris tidak muncul ujaran kebencian sebagaimana yang dikhawatirkan sebelumnya,” ujarnya, di Semarang, Sabtu (7/4).
Menurutnya, kondisi ini sangat menggembirakan sekaligus mencerminkan masyarakat Jateng yang sudah sangat siap dalam berdemokrasi dan berbeda pendapat serta pilihan. Isu untuk men-DKI Jakarta-kan dalam Pilgub Jateng ternyata tidak terwujud.
Ini semua, lanjutnya, juga dipengaruhi perilaku para Paslon Cagub-Cawagub yang tidak mengeksploitir isu SARA dan selalu menghindari ujaran kebencian dan mengabaikan informasi hoax (bohong) serta menghindari black campign atau kampanye hutan dalam upaya menarik simpati rakyat.
Paslon Ganjar-Yasin yang merepresentasikan paduan nasionalis-religius menutup rapat-rapat celah penyusupan isu ujaran kebencian yang bernuansa eksploitasi agama.
Demikian juga kompetitornya yang tidak jauh berbeda dalam mengambil pilihan cara-cara berkampanye sama sekali menghindari cara-cara yang tidak kesatria.
Terkait dengan kasus puisi Sukmawati yang dieksploitir atau “digoreng-goreng”terus di Jakarta dan beberapa daerah lain, memang ada indikasi untuk dibawa-bawa masuk ke Jateng dan berpotensi untuk dikaitkan dengan isu Pilgub Jateng.
Namun, tutur Masruhan, manuver ini membentur tembok besar. Sebagian masyarakat Jateng tidak terpancing dengan politisasi soal ini. Isu Pilgub yang berpotensi besar memunculkan perbedaan yang tajam berhasil dikanalisasi di ranah politik saja, sedangkan “limbah” politiknya dibiarkan kabur terbawa angin.
Semboyan “Ini Jateng Mas, Bukan Jakarta” benar-benar manjur dalam membentengi diri, terlebih masyarakat Jateng yang direpresentasikan parpol pengusung Paslon Cagub-Cawagubnya jauh-jauh hari sudah membangun komitmen untuk siap menang dan siap kalah.
“Yang menang tidak sombong dan yang kalah menghormati hasil proses demokrasi sudah menjadi kesepakatan bersama, ini modal awal untuk merespon pesta demokrasi yang lebih seru hingga 2019. Kami berharap masyarakat Jateng dapat menjadi contoh dalam berdemokrasi yang sebenarnya,” ujar Masruhan. (smh)