SEMARANG[Kampusnesia] – Para relawan pencegahan narkoba peserta Pelatihan Penggiat Anti Narkoba (TOT ) di Lingkungan Masyarakat yang diselenggarakan di Semarang selama dua hari (9-10 April), mendesak kepada Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jateng agar dilibatkan lebih intens dalam agenda-agenda pencegahan narkoba di masyarakat.
Pada penutupan TOT para relawan pencegahan narkoba di Jateng itu, juga telah dibentuk wadah untuk meyalurkan potensi yang dimiliki para relawan agar tepat sasaran, sekaligus untuk memperlancar koordinasi. Wadah itu diberi nama Jawa Tengah Anti Narkoba yang disingkat Janarko
Havid Sungkar yang didaulat untuk menjadi koordinator Janarko mengatakan wadah ini manajemen dan mekanisme kerjanya sangat luwes, yang terpenting seluruh gerakan atau upaya para relawan dalam mencegah narkoba bisa berjalan lancar dan hasil akhirnya tercapai sesuai yang diinginkan yakni Jateng bersih dai narkoba.
“Anggota Janarko itu hebat-hebat, mereka memiliki latar belakang yang sangat beragam dan telah melakukan kerja-kerja pencegahan bahkan rehabilitasi para korban pengguna dan pecandu narkoba sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya,” ujarnya, di Semarang, Selasa (10/4).
Menurutnya, para relawan anti narkoba anggota Janarko adalah para aktivis sosial kemasyarakatan yang bekerja tanpa pamrih. Lembagaa yang menaunginya bersifat nirlaba seperti LSM yang begerak di bidang pencegahan narkoba, tim penggerak PKK, aktivis pemuda, agamawan, wartawan, akademisi dan lainnya.
Wadah ini, lanjutnya, dibentuk secara spontanitas karena anggota yang ada di dalamnya memiliki kesamaan visi, misi dan cita-cita membersihkan Jateng dari ancaman narkoba dan diharapkan menjadi instrument penting yang dapat membantu pemerintah dalam mengatasi problem narkoba yang termasuk dalam katagori ancaman kejahatan luar biasa (extra orodoneru crime).
Dengan demikian, dia menambahkan agar terjadi sinkronisai diantara para relawan anti narkoba juga diharapkan BNNP Jateng dapat mengambil peran yang lebih dalam lagi, tidak sebatas memfasilitasi penyelenggaran dan pelibatan para relawan dalam agenda TOT seperti ini, tetapi pelibatannya ditingkatkan ke tahap yang lebih teknis.
Misalnya, dia memberikan contoh para aggota Jantiko dilibatkan dalam agenda rehabilitasi, sosialisasi pencegahan narkoba di masyarakat yang diagendakan BNNP Jateng dan sebagainya, sehingga dengan adanya pelibatan itu, kualitas pemahaman pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan penanganan korban narkoba dapat semakin meningkat.
“Para pihak yang ingin menghancurkan bangsa Indonesia melalui narkoba semakin lihai, saya yakin pemerintah tidak mampu menghadapi sendiri. Harus ada dukungan dari masyarakat. Janarko bisa berbuat maksimal, kalau kreativitas dan inovasinya mendapat dukungan dari BNN,” ujar Havid. (smh)