SEMARANG[Kampusnesia] – Bantaran Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang hingga saat ini pembongkaran terhadap kios Pedagang Kaki Lima (PKL) belum tuntas dan masih menyisakan sekitar 800 bangunan yang belum dibongkar.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto mengatakan hingga saat ini bantaran Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang masih menyisakan sekitar 800 bangunan yang belum dibongkar.
“Secara keseluruhan jumlah bangunan di bantaran Sungai BKT ada sekitar 3.500 bangunan dan yang sudah dibongkar 2.700 bangunan,” ujarnya, Senin (16/4).
Menurutnya, bangunan-bangunan liar yang berdiri di bantaran sungai tersebut tersebar di empat kecamatan meliputi Genuk, Gayamsari, Semarang Utara dan Semarang Timur yang mencakup 12 kelurahan.
Dia menyebutkan Dinas Perdagangan kebagian merelokasi bangunan liar tersebut yang merupakan tempat usaha, seperti di sepanjang Jalan Untara Raya Semarang, sementara relokasi hunian dari dinas lain.
“Kami menyelesaikan pembongkaran bangunan di bantaran Sungai BKT mulai Jembatan Majapahit ke utara hingga Jembatan Kartini. Menuntaskan pembongkaran yang dilakukan sejak Jumat (13/4) lalu,” tuturnya.
Targetnya, dia menambahkan seluruh bangunan di bantaran Sungai BKT harus bersih hingga satu bulan setelah Lebaran mendatang, seiring dengan proyek normalisasi sungai sudahdimulai pelaksanaan pekerjaan fisiknya.
“Alhamdulillah, pembongkaran bangunan liar di bantaran Sungai BKT Semarang yang dimulai sejak pertengahan 2017 hingga kini berlangsung lancar, tidak ada kendala yang berarti,” ujar Fajar.
Masyarakat, lanjutnya, juga mendukung normalisasi Sungai BKT Semarang, sebagai upaya untuk menanggulangi banjir dan rob, sehingga proses pembongkaran bangunan liar berlangsung dengan lancar.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang ikut mendukung. Demikian pula Kepolisian Sektor Gayamsari Semarang yang mendukung, hingga kecamatan-kecamatan terkait,” tuturnya.
Menurutnya, untuk relokasi, tidak memaksa semua pedagang kaki lima (PKL) di bantaran Sungai BKT untuk direlokasi ke Pasar Klithikan Penggaron, tetapi ditawarkan ke berbagai lokasi.
“Tidak ada paksaan semua penghuni bantaran Sungai BKT direlokasi ke Pasar Klithikan Penggaron, tetapi ditawarkan sesuai dengan domisili atau keinginan pedagang mau direlokasi ke mana,” kata Fajar.
Selain Pasar Klithikan Penggaron atau Pasar Barito Baru, beberapa pasar menjadi lokasi relokasi, seperti Pasar Waru, Pasar Banjardowo, Pasar Dargo, Pasar Peterongan dan Pasar Bulu. (rs)