SEMARANG [Kampusnesia] – Jika rakyat Jawa Tengah kelak menghendaki Sudirman Said Calon Gubernur Jawa Tengah (Cagub Jateng) nomor urut 2 untuk memimpin Jateng, pria kelahirran Brebes ini hanya ingin memimpin selama satu periode saja.
Sudirman Said mengatakan ada tiga alasan kenapa tidak ingin memimpin Jateng lebih dari satu periode. Pertama tidak ingin terjebak dengan popularitas, karena ingin mempertahankan jabatan maka dalam menjalankan tugas pada periode pertama menjadi kurang fokus.
“Saat bekerja akan selalu dibayang-bayangi dengan keinginan meningkatkan popularitas, sibuk mematut-matutkan diri di media social, sehingga menjadi lupa akan tugas`utamanya,” ujarnya saat bersilaturahmi dengan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng, di Jalan Dr Cipto 180 Semarang, Senin (16/4).
Menurutnya, menyelesaikan persoalan tidak bisa hanya dilakukan dengan foto-foto selfie, kemudian mengunggahnya di media sosial. Tetapi menyelesaikan masalah membutuhkaan kerja keras, tekun, keberaanian mengambil keputuan dan bersih.
Kedua, jebakan korupsi. Kepala daerah yang akan maju untuk periode kedua biasanya akan berusaha mengumpulkan dana kampanye sebanyak-banyaknya guna memenangkan kontestasi dan kompetisi dalam Pilkada. Dengan begitu akan berpotensi mudah terjerumus dengan godaan memanfaatkan posisinya untuk mendapat dana kampanye.
Sedangkan jebakan yang ketiga berupa penyalahgunaan kekuaasaan. Karena melalui power yang dimiliki Kepala Daerah bisa membangun akses untuk memperoleh informasi yang tidak diketahui oleh publik melalui inteljen, penegak huum dan aparat keamanan yang itu semua bisa digunakan untuk menjatuhkan kompetitor.
Dengan demikian, lanjutnya, jika rakyat Jateng dalam Pilgub Jateng Juni mendatang mengamanatinya bersama Ida Fauziyah memimpin Jateng, maka setelah itu dia tidak akan mencalonkan diri lagi dan menolak kalau dicalonkan lagi oleh siapapun untuk memerpanjang masa jabatannya.
Di hadapan pimpinan PWNU Jateng , Sudirman memaparkan program kerjanya jika kelak terpilih sebagai Gubernur. Ada tiga agenda besar program yang disusunnya meliputi pemangkasan kemiskinan dari 12,33% menjadi 6%, menciptakan 5 juta lapangan kerja dan percepatan pembangunan melalui pemerintahan yang bersih.
KH Ubaidullah Shodaqoh mendukung program-program pengentasan kemiskinan. Karena program ini akan menyasar langsung pada sebagian besar warga NU.
“Kalau sebagian besar warga Jateng banyak yang miskin, itu berarti sebagian besar dari warga NU, sebaliknya kalau makmur maka sebagiannya adalah warga NU,” tuturnya. (smh)