SEMARANG[Kampusnesia] – Menghadapi persaingan bisnis ritel batik, diperlukan kiat sebagai terobosan dengan menguasai produksi dari hulu hingga hilir, sehingga harga yang dijual ke pasar dapat ditekan dan mampu memberikan keuntungan yang menjanjikan.
Maria Eunike selaku pemilik Batik Benang Ratu Semarang mengatakan pihaknya memproduksi batik sendiri dan menjualnya ke pasaran hingga dapat memutus rantai perdagangan panjang yang banyak melibat banyak pedagang.
Menurutnya, dengan memotong mata rantai tersebut, sudah dapat dipastikan harga yang dijual ke pasar lebih kompetetif, terjangkau dan berdaya saing.
“Dari hulu sampai hilir kami kerjakan sendiri, tanpa ada distributor, sehingga produk batik yang kami jual lebih murah dan tetap mempertahankan kualitas serta memberikan kontribusi keuntungan cukup menjanjikan,” ujarnya saat Grand Opening cabang ke empat Batik Benang Ratu, di jalan Ngresep Timur V No 4 Semarang, Rabu (18/4).
Maria menuturkan pihaknya menawarkan produk batik khas Pekalongan dengan motif burung dan bunga yang berwarna cerah dan terang. Selain itu, juga menyediakan batik khas daerah lain, seperti Solo, Yogyakarta, Lasem, bahkan Madura.
“Tidak hanya itu, kami juga menjual batik motif Prada dengan warna emas yang mewah, namun dengan kisaran harga yang terjangkau,” tuturnya.
Batik Benang Ratu, lanjutnya, menyediakan berbagai batik untuk semua segmen mulai dari kelas menengah hingga bawah serta menengah ke atas dengan harga bervariasi.
“Harga untuk kain mulai dari Rp25.000 per dua meter, sedangkan kelas premium dijual mulai harga Rp69.000 per dua meter serta kemeja batik pria dengan harga murah dibanding gerai lain,” ujarnya.
Batik Benang Ratu, dia menambahkan di gerai Jalan Ngesrep ini merupakan cabang ke empat, setelah sebelumnya tiga cabang lainnya dibuka lebih dulu meliputi di Jalan Indrapasta Semarang, Jalan Gajah Raya Semarang serta di Jalan Brigjen Katamso Yogjakarta.
“Bahkan dalam waktu dekat kami akan membuka cabang ke lima di Sulawesi Selatan (Sulsel),” tutur Maria. (rs)