Home > HEADLINE > Pemkot Semarang Bakal Tutup Lokalisasi Sunan Kuning Akhir 2018

Pemkot Semarang Bakal Tutup Lokalisasi Sunan Kuning Akhir 2018

SEMARANG[Kampusnesia] – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Dinas Sosial berencana bakal menutup Resosialisasi Argorejo atau yang dikenal dengan sebutan lokalisasi Sunan Kuning yang ditargetkan paling lambat akhir tahun ini.

Kepala Dinas Sosial Kota Semarang Tommy Y Said mengatakan penutupan itu sesuai kerbijakan dari Kementrian Sosial yang menargetkan 2019 seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia bebas dari prostitusi.

Pemkot Semarang, lanjutnya, akan melakukan penutupan Resosialisasi Argorejo paling lambat akhir 2018 ini sudah harus rampung.

“Kami berupaya secepatnya kaau bisa tahun ini sudah tutup, karena beberepa tahapan sudah dilaksanakan, termasuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada penghuni lokalisasi, hingga ke depan semua pihak bisa diterima legowo,” ujarnya.

Menurutnya,  Pemkot akan merubah tempat tersebut (Resosialisasi Argorejo) menjadi tempat yang lebih produktif dan positif bagi msayarakat.

“Bekas areal itu, diharapkan bisa menjadi perumahan atau tempat untuk kegiatan yang lebih produktif dan positif seperti wisata kuliner, ke4rajinan dan lainnya,” tuturnya.

Dia juga mengharapkan warga yang memiliki tempat tinggal di kawasan itu harus bisa merubah pola fikir yang lebih kreatif dan positif, mengingat sosialisasi dan pelatihan seperti tata boga dan lainnya sudah berulang kali dilakukan.

Sementara itu, Ketua Pemuda Muhamadiyah Kota Semarang AM Jumai mengatakan Pemkot Semarang perlu melakukan persiapan yang matang, mengingat melibatkan hajat hidup orang banyak.

Namun demikian, dia menambahkan pada prinsipnya pihaknya mendukung penuh rencana tersebut,  sepanjang pemerintah juga mempersiapkan dalam rangka menyelesaikan persoalan itu, karana yang menjadi masalah itu sebenarnya pasca penutupan, pemerintah harus memikirkan dampaknya.

Menurutnya, penutupan lokalisasi Sunan Kuning harus mengedapankan nilai kemanusiaan, yang harus dilakukan untuk menghindari adanya gejolak atau konflik, sehingga perlu ada persiapan yang komprehensip.

“Kalau sekedar penutupan itu mudah tapi pasca penutupan itu yang harus diperhatikan. Saya kira sosialisasi dari Pemkot sudah sangat bagus, nah tinggal nanti harus dilakukan pola-pola yang menonjolkan nilai kemanusiaan. Jangan sampai ada unsur pemaksaan, menelantarkan, dan perlu juga inditifikasi yang jelas, karena penghuni tidak hanya dari Kota Semarang, tetapi dari luar Semarang” ujarnya.

Aktivis dan pemerhati sosial Paskalis Abner menilai jangan sampai penutupan lokalisasi hanya dilatarbelakangi oleh kemauan pihak tertentu yang bernuansa politik. Namun Pemkot harus mednorong para warga penghuni agar bisa mengembangkan hidup lebih lanjut tanpa harus bekerja sebagai pekerja seks?.

Dia menuturkan penutupan lokalisasi seperti Dolly, Surabaya. Apakah setelah lokalisasi ditutup, kemudian bisnis prostitusi tersebut berhenti? Ternyata tidak. Mungkin tempatnya itu memang benar-benar tutup. Tetapi prostitusi tetap berlangsung di lain tempat.

“Di luar lokalisasi justru semakin merebak. Nah, justru yang seperti ini malah semakin tidak bisa dipantau, dan tidak bisa didampingi, karena mereka tumbuh subur di mana-mana,” tuturnya. (rs)

* Artikel ini telah dibaca 835 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *