Home > HEADLINE > Indonesia Menjadi Incaran Pasar Potensial Bagi Bandar Narkoba Dunia

Indonesia Menjadi Incaran Pasar Potensial Bagi Bandar Narkoba Dunia

SEMARANG[Kampusnesia] – Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar peredaran narkoba di dunia dengan sararan konsumen yang potensial terutama kalangan generasi muda, yang menggiurkan bagi bandar narkoba Internasional.

Dengan penduduk terbesar nomor 4 di dunia, Indonesia menjadi pangsa pasar yang sangat menggiurkan bagi para sindikat dan bandar narkoba Internasional, hingga berbagai upaya dilakukan oleh jaringan narkoba dunia agar perdagangannya bisa masuk ke negeri ini.

“Tidak mengherankan memang, berapapun besarnya jumlah narkoba yang masuk ke Indonesia, dalam jangka waktu cepat habis terjual dipasar gelap, tak ada sisa sedikitpun. Bahkan tak ada barang yang dire-ekspor. Itu yang membuat kita prihatin, sehingga perang terhadap narkoba harus selalu gencar dilakukan,” ujar Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Arman Depari, dalam talkshow pemberantasan narkoba yang digelar Forum Wartawan Pemprov dan DPRD Jateng (FWPJT), di studio mini TVRI Jateng Kantor Gubernur, Jalan Pahlawan Semarang, Jumat (20/4).

Menurutnya, peredaran narkoba telah membawa dampak yang sangat buruk di bidang ekonomi, sosial dan kesehatan. Dalam setahun di bidang ekonomi sebesar Rp72 triliun yang dikeluarkan akibat narkoba dan senilai Rp52 triliun di antaranya untuk belanja narkoba, sedangkan sisanya Rp20 triliun untuk rehabilitasi/pengobatan terhadap para korban penyalahgunaan narkoba.

Nilai itu, lanjutnya, relative masih lebih “kecil” dibandingkan dengan jumlah untuk kawasan Asia Timur dan Asean yang mencapai sbesar US$31 miliar atau setara sebesar Rp552 triliun.

Di bidang sosial, lanjutnya, narkoba telah membawa dampak buruk bagi kehidupan sosial di masyarakat. Banyak kasus pembunuhan,  perampokan sadis, kekerasan, bahkan kekerasan dalam rumah tanggapun dilakukan oleh para pelakunya akibat pengaruh narkoba.

“Banyak rumah tangga dan keluarga yang hancur akibat anggota keluarga terjerat narkoba, bahkan bangkrut menjual apapu yang mereka meiliki hanya untuk membeli narkoba,” tuturnya.

Sedangkan di bidang kesehatan, dia menambahkan narkoba telah membawa dampak sangat buruk bagi kesehatan penggunanya atau orag lain, seperti kasus menjangkitnya HIV/AIDS, penyakit hepatitis dan lainnya, yang mengakibatkan banyak penderitanya sakit seumur hidup dan berujung pada kematian.

Saat ini, tutur Arman,  terdapat 800 jenis narkoba beredar di dunia. Dari jumlah itu, sebanyak 70 jenis sudah beredar di Indonesia dengan sasaraan pasar yang dinilai potensial, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta jiwa, dimana 40% di antaranya merupakan anak muda yang menjadi sasaran pasar utama bagi Bandar-bandara narkoba.

“Kondisi itulah, kita harus waspada, karena para bandar dan sindikat narkoba akan memakai berbagai cara untuk memasukkan barangnya ke neger ini, karena Indonesia pasar yang sangat potensial dan besar bagi mereka,” ujarnya.

Selain menjual, menurutnya, modus para bandar dan sindikat juga memberi narkoba secara gratis kepada para pengedar yang direkrutnya, sebagai upaya agar mereka semakin berminat untuk ikut memperdaganagkan narkoba sebagai jaringannya.

“Hal itu sebagai cara mereka agar tetap mempertahankan pasarnya di Indonesia, meski harus mengahadpi persaingan dan ketatnya aparat pemberantas narkoba,” tuturnya.

Arman menuturkan para bandar dan sindikat narkoba tak pernah mati, bahkan yang ada mereka hanya pindah pasar ke negara lain, atau mencari pasar baru. Tercatat ada dua sindikat yang tak aktif lagi di Indonesia terdiri sindikat Iran dan Afrika Barat.

Menurutnya, masih banyaknya peredaran narkoba di Tanah Air yang dikendalikan dari dalam Lapas, ternasuk napi narkoba yang menunggu hukuman mati memiliki sekretaris dan mempunyai CCTV di dalam Lapas.

Dengan demikian, dia menambahkan mentalitas dan integritas aparat sipir di Lapas harus diperbaiki, agar tak mudah terjerat dalam jaringan sindikat peredaran narkoba.

“BNN sudah mengusulkan agar napi pidana umum dan napi narkoba dipisahkan, karena mereka itu tak pernah mati, siapapun yang kenal dengan mereka akan mudah dijerat dan terpengaruh oleh uang yang sangat besar,” ujar Arman. (rs)

* Artikel ini telah dibaca 267 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *