RIYADH-SAUDI ARABIA [Kampusnesia] – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Saudi Arabia di Riyadh berhasil menemukan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sudah 28 tahun putus komunikasi dengan keluarganya di desa Dadapan Grujugan Baondowoso Jawa Timur.
Duta Besar Indonesia di Saudi Arabia Dr Agus Maftuh Abegebriel mengatakan TKI itu bernama Qibtiyah Jumanah alias Jumanti binti Bejo Bin Nur Hadi yang kini telah berusia 74 tahun. Memulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Saudi Arabia sejak berusia 46 tahun atau sejak 1990.
“Saat ini mbah Qibtiyah berada di rumah singgah KBRI untuk menunggu proses pemulangan ke Indonesia dan mengurus hak-haknya selama bekerja di Saudi Arabia yang belum terbayarkan,” ujar Dubes RI di Saudi Arabia Agus Maftuh seperti yang dilansir dalam laman akun facesbooknya.
Menurut dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, Qibtiyah sejak menginjakkan kaki di Saudi Arabia tidak pernah melakukan perpanjangan paspor, sehingga izin tinggalnya di Arab Saudi tidak terdeteksi. Selama menjadi TKI di ibukota Riyadh, Saudi Arabia juga tidak melakukan komunikasi dengan keluarganya di tanah air.
Saat ini, lanjutnya, karena usianya sudah semakin tua, kelihatannya Qibtiyah mulai pikun. Saat berada di lingkungan KBRI di Riyad merasa sudah berada di Indonesia, padahal yang bersangkutan masih menunggu proses pemulangan ke tanah air.
Ditemukannya Qibtiyah, dia menambahkan bermula dari pemberitaan di media sosial di Indonesia, tepatnya 9 Maret 2018 tentang seorang WNI yang bekerja di Saudi Arabia selama 40 tahun dan tidak pernah kontak dengan keluarganya di Idnonesia.
Mengetahui informasi itu KBRI langsung melakukan pelacakan di lapangan dan berhasil menemuka nomor telepon kakak kandung majikan Qibtiyah bernama Abdul Aziz Mohammad al-Daerim. Setelah melalui proses panjang dan bantuan dari Gubernur Riyadh, Pangeran Faisal bin Bandar bin Abdul Azis bin Saud akhirnya Qibtiyah berhasil ditemukan pada 18 April lalu.
“Ketika bertemu, langsung kucium tangannya yang sudah menua seperti aku mencium tangan nenekku, aku sangat yakin dalam diri nenek ini ada “Energi Tuhan” yang sedang ditransfer ke diriku melalui “Direct Access Memory” (DMA, bahasa komputer zaman DOS). Nenek Qibtiyah pun langsung akrab menepuk2 tangan dan pundakku seperti nenekku di desa Kalikuning Semarang menyayangiku,” tutur alumnus pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak penuh haru.
Qibtiyah memiliki 4 anak, yang semuanya berada di Indonesia, suaminya telah meninggal dunia. Lantaran usianya yang sudah senja, Jumanti alias Qibtiyah pun mulai pikun. Dia bahkan merasa sudah tiba di tanah air, padahal masih berada di Arab Saudi.
Agus memastikan TKI asal Jawa Timur ini tidak mengalami tindak kekerasan, namun gajinya tak rutin dibayarkan setiap bulan. Tim KBRI Riyadh sedang menghitung hak-hak Qibtiyah, yang harus dipenuhi majikan. (smh)