Home > HEADLINE > Sebanyak 200 Anak Muda Beragam Iman Ikuti Kegiatan Sragam Imud

Sebanyak 200 Anak Muda Beragam Iman Ikuti Kegiatan Sragam Imud

SEMARANG[Kampusnesia] – Sebanyak 200 anak muda berlatar belakang ragam iman mengikuti acara Sragam Imud (Srawung Ragam Iman Muda), yang digelar oleh orang muda Katolik (OMK) St Petrus Sambiroto.

Kegiatan Sragam Imud yang diselenggarakan pada Minggu (6/5) itu, membawa suasana guyub dan rukun, diiringi musik rebana yang mengalun di selasar Gereja Santo Petrus Sambiroto Semarang.

“Ini merupakan kegiatan pre-event dari acara Srawung Persaudaraan Sejati Orang Muda Keuskupan Agung Semarang yang akan diselenggarakan 26-28 Oktober 2018. Selain itu juga merupakan kelanjutan dari kegiatan Asian Youth Day ke-7 di Yogyakarta pada 2017 lalu,” ujar Ketua Panitia Alfidius Wisnu Satya Nugroho.

Menurutnya, kegiatan yang juga dimeriahkan dengan pementasan Barongsay dan musik ini dikemas secara santai, agar lebih mengutamakan srawung satu dengan lainnya.

Namun, dia menambahkan terdapat acara inti berupa dialog dengan menghadirkan tiga orang narasumber terdiri Hesti Fitri Utami (PMII Cabang Kota Semarang), Setyawan Budy (Pelita- Persaudaraan Lintas Agama Semarang) dan Leonardus Devi dari OMK St Athanasius Agung Karangpanas Semarang.

Hesti yang juga merupakan mahasiswi Universitas Islam Negereri (UIN) Walisongo itu menuturkan sejak SD hingga SMA tidak pernah mempunyai teman yang berbeda agama, sehingga menjadiklan penasaran ingin mengetahui seperti apa jika memiliki teman yang berbeda agama.

Hal itulah yang kemudian mendorong Hesti untuk ikut aktif terlibat dalam kegiatan lintas iman.

“Dengan adanya kegiatan srawung ini saya berharap agar orang muda tidak eksklusif, lebih srawung, karena di luar banyak kegiatan yang dapat menemukan sahabat,”’ tuturnya.

Dia mengatakan selain srawung juga pernah diselenggarakan kegiatan serupa seperti ngabuburit kebangsaan, sumpah pemuda lintas agama dan pondok damai.

“Adakalanya orang mempunyai pikiran bahwa penganut agama lain itu jelek, karena berangkat dari ketidaktahuan. Maka dengan berkumpul, srawung kita bisa menerima satu sama lain meski berbeda,” ujarnya.

Menurutnya, di Semarang dinilai cukup kondusif karena banyak orang yang mencintai keberagaman dan kebersamaan. Namun, yang menjadi tantangan adalah bagaimana membangkitkan wawasan anak muda, karena mereka cenderung pasif.

“Bila isu keberagaman ini tidak dilestarikan maka jika suatu saat ada yang menggoreng, dapat menjadi persoalan di kemudian hari,” tuturnya.

Sementara Santika Yohanto Santya yang menganut agama Budha mengapresiasi kegiatan srawung ini dan berharap ke depan anak muda tidak eksklusif, selain dari kegiatan ini anak muda bisa menerima informasi yang penuh, tidak hanya setengah-setengah, sehingga tidak bisa memahami satu sama lain.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan, Keuskupan Agung Semarang.

Pada akhir acara, Romo Budi bersama Romo Heribertus Suprihadi Pr dan Hesti menanam pohon di halaman gereja itu. (rs)

 

* Artikel ini telah dibaca 233 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *