Home > HEADLINE > Gunung Merapi Menunjukkan Aktivitas Dengan Letusan Freatik

Gunung Merapi Menunjukkan Aktivitas Dengan Letusan Freatik

YOGYAKARTA[Kampusnesia] – Gunung Merapi yang terletak di perbatasan di Kabupaten Sleman menunjukkan aktivitas vulkanisnya, disertai gempa, Jumat pagi (11/5) pukul 07.32 WIB.

Kejadian yang mengejutkan itu membuat sedikitnya 10. 000 warga di lereng Merapi harus menyelamatkan diri ke Balai desa terdekat. Bahkan masyarakat juga dihebohkan oleh asap yang membumbung tinggi yang keluar dari Gunung Merapi itu.

Letusan disertai suara gemuruh dengan tekanan sedang hingga kuat dan tinggi kolom 5.500 meter dari puncak kawah dapat terlihat jelas oleh waga di lereng Merapi itu. Letusan melontarkan abu vulkanik, pasir dan material piroklatik.

Jenis letusan adalah letusan freatik yang terjadi akibat dorongan tekanan uap air yang terjadi akibat kontak massa air dengan panas di bawah kawah Gunung Merapi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya menyebutkan jenis letusan ini tidak berbahaya dan dapat terjadi kapan saja pada gunungapi aktif. Biasanya letusan hanya berlangsung sesaat. Gunung Merapi sebelumnya pernah terjadi letusan freatik.

Menurutnya, status Gunung Merapi hingga saat ini masih tetap normal (Level I) dengan radius berbahaya adalah 3 kilometer dari puncak kawah. PVMBG tidak menaikkan status Gunung Merapi dan masih terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik.

“Masyarakat dihimbau tetap tenang. Belum ada laporan korban jiwa. BPBD dan aparat masih melakukan pemantauan. BPBD Sleman telah menginstruksikan masyarakat yang tinggal dalam radius 5 km seperti daerah Kinahrejo untuk dievakuasi ke bawah di barak pengungsi. Masyarakat merespon dengan evakuasi mandiri ke tempat yang aman,” ujarnya.

Para pendaki gunung Merapi dihimbau mengikuti rekomendasi dan tidak memaksakan diri mendekati puncak kawah. Berdasarkan laporan sementara terdapat sekitar 120 orang yang mendaki dan mendekati Pasar Bubrah. Kondisinya semua selamat.

BPBD juga telah mendistribusikan masker. Hujan abu diperkirakan turun di sekitar Gunung Merapi khususnya di bagian selatan dan tergantung dari arah angin. Bahkan dilaporkan hujan abu vulkanik terjafi di Tugu Kaliurang Sleman Yogyakarta. Posko BNPB terus berkoordinasi dengan BPPTKG PVMBG dan BPBD.

Hujan abu pascaletusan freatik Gunung Merapi juga menyelimuti Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Namun, abu pekat terjadi di sekitar kawasan Gunung Merapi seperti di Pakem, Sleman.

Berdasarkan informasi dari Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang menyebutkan  erupsi yang terjadi pukul 07.40 WIB dengan durasi kegempaan 5 menit. Ketinggian kolong erupsi mencapai 5,5 kilometer di atas puncak. Erupsi yang terjadi bersifat freatik (dominasi uap air). Erupsi berlangsung satu kali dan tidak diikuti erupsi susulan.

Sebelum erupsi freatik ini terjadi, jaringan seismik Gunung Merapi tidak merekam adanya peningkatan kegempaan. Meski demikian, sempat teramati meningkatan suku kawah secara singkat pada pukul 06.00 WIB atau dua jam sebelum erupsi.

Pasca erupsi, kegempaan yang tidak mengalami perubahan dan suhu kawah mengalami penurunan.

Dampak dari erupsi ini, aktivitas di sekitar Gunung Merapi dihentikan. Sejumlah wisatawan langsung disarankan untuk turun. Sejumlah petugas juga berjaga di pos masuk objek wisata Kaliurang. Mereka menghadang setiap kendaraan yang ingin masuk dan meminta untuk putar balik.

Ribuan masker dibagikan secara gratis oleh personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul di sejumlah ruas jalan protokol di Bantul. Langkah spontan tersebut diambil setelah hujan abu efek dari erupsi Merapi  mulai masuk sekitar pukul 11.00 WIB. Sementara terkait dengan fenomena alam itu, BPBD Bantul minta masyarakat tetap tenang dan bijak dalam bersikap.

Kepala BPBD Bantul Drs Dwi Daryanto MSi mengatakan, hujan abu tersebut mulai terasa di Bantul  menjelang tengah hari. Setelah pukul 12.00 WIB intensitas hujan abu semakin jelas  diseantero Bantul.

“Kami melihat hujan abu yang terjadi itu semakin jelas, sehingga dengan pertimbangan kenyamanan dan kesehatan pengguna jalan akhirnya kami putuskan untuk membagikan masker kepada pengguna jalan,” tutur Dwi Daryanto.(rs)

* Artikel ini telah dibaca 138 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *