SEMARANG[Kampusnesia] – Innaa lillahi wainnaa ilaihi roojiuun, KH Drs Ahmad Buchori Masruri (77), ulama, mubaligh dan pencipta lagu “Wartawan Ratu Dunia” meninggal dunia, Kamis (17/5) pukul 08.30 WIB, karena sakit. Almarhum menghembuskan nafasnya yang terakhir saat dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang.
KH Drs Ahmad Niam Syukri, M.Si , adik kandung almarhum kyai Buchori mengatakan sehari sebelum memasuki hari puasa almarhum yang sudah lama mengidap beberapa penyakit, mengeluh badannya terasa kurang enak, sehingga oleh keluarga langsung dibawa ke RSI Sultan Agung.
“Namun, sehari setelah mendapat perawatan medis, beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir, menghadap Allah SWT, meninggalkan kami untuk selama-lamanya,” ujar Niam yang juga sekretaris Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah sebelum upacara pelepasan jenazah almarhum, Kamis. (17/5).
Kyai Buchori, demikian panggilan akrab kelahiran Grobogan 1942 sejak masa mudanya disibukkan dengan kegiatan dakwah, dari panggung ke panggung di kawasan pelosok Jawa Tengah. Aktivitas dakwah keliling kampung dilakukannya sejak menjadi santri di pesantren Al Anwar Sarang Rembang dibawah asuhan KH Maemun Zubair dan berlanjut ke pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta dibawah asuh KH Ali Makshum.
Dunia akademik dimasukinya saat IAIN Walisongo Semarang membuka Fakultas Dakwah pada akhir 1960-an. Gelar sarjana terlambat diraihnya (1985), karena kesibukannya berdakwah memberikan bimbingan rohani kepada masyarakat dan berorganisasi.
Saat dibangku kuliah didaulat menjadi Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) IAIN Walisongo Semarang angkatan pertama. Di luar kampus aktif di Nahdlatul Ulama (NU) dan menghantarkannya menjadi ketua tanfidziyah NU Jateng (1990). Dunia politik juga dimasukinya saat dipercaya menjadi Wakil Ketua DPD Golkar Jateng (1994).
Disela kesibukannya memberikan bimbingan rohani kepada umat, kyai Buchori menyempatkan diri menulis syair-syair lagu bernada dakwah yang didendangkan oleh Grup Kasidah Modern Nasida Semarang. Ratusan lagu berhasil diciptakan, beberapa di antaranya terkait dengan dunia informasi, seperti Wartawan Ratu Dunia, Dunia Dalam Berita dan Perdamaian pada awal 1980-an.
Tingginya volume penjualan kaset lagu-lagu itu menjadikan profesi, fungsi dan kerja-kerja dan jasa wartawan semakin dipahami oleh masyarakat, terutama dalam mencerdaskan masyarakat melalui berita – berita yang disiarkan.
Begitu mulia dan kuatnya pengaruh wartawan, dalam syairnya kyai Buchori menjuluki wartawan sebagai ratu dunia yang pendapatnya akan diikuti masyarakat.
PWI Jateng, saat dipimpin Bambang Sadono pada 1990-an menganugerahkan penghargaan kepada pengarang lagu Wartawan Ratu Dunia (kyai Buchori) ini, disela acara peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tingkat Jateng.
Kini kyai Buchori telah tiada, tetapi kesannya tentang kemuliaan profesi wartawan yang dinarasikan dalam lagu Wartawan Ratu Dunia akan dikenang dan dinikmati terus oleh kalangan yang mencintai profesi wartawan. Selamat Jalan kyai Buchori, lukisanmu tentang kehidupan wartawan terukir abadi di benak para pecinta pers Indonesia. (smh)