Home > HEADLINE > Santri Jangan Percayai Aksi Teroris Hanya Pengalihan Isu Politik

Santri Jangan Percayai Aksi Teroris Hanya Pengalihan Isu Politik

SEMARANG[Kampusnesia] –  Santri  pondok pesantren jangan mudah percaya terhadap isu yang menyebutkan bahwa aksi-aksi teroris yang menyerang Mako Brimob Depok Jabar dan peladakan bom di beberapa lokasi di Surabaya Jatim, adalah kebijakan pengalihan isu politik yang sengaja direkayasa oleh pemerintah.

Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Jawa Tengah (FKPT Jateng) Dr Drs Budiyanto SH, M.Hum mengatakan para santri sebagai bagian generasi muda Indonesia tidak boleh mudah goyah ditengah luberan informasi yang menyebutkan bahwa aksin teror di Jabar dan Jatim beberapa waktu lalu hanya pengalihan isu yang dibuat pemerintah.

“Santri tidak boleh percaya dengan isu seperti  itu yang dihembus-hembuskan terus. Aksi itu benar-benar merupakan misi yang didesain rapi oleh para terduga teroris,” ujar Budiyanto saat menyampaikan materi dengan tema Santri Menjaga NKRI dan Mencegah Radikalisme – Terorisma dihadapan 300 santri peserta kegiatan Gerakan Santri Menulis – Sarasehan Jurnalistik Ramadlan 2018 Suara Merdeka di aula Prof Satmoko Universitas Negeri  Semarang (Unnes), Senin (21/5).

Menurutnya, kalau isu dihembuskan dan akhirnya mempengaruhi publik maka akan semakin memperkeruh suasana dan memperparah rasa pilu para keluarga korban, karena akan muncul anggapan bahwa demi politik pemerintah membuat mainan nyawa warga negaranya.

Dengan demikian, lanjutnya, isu itu harus dibantah dengan argumentatif . Kalangan santri yang akrab dengan ajaran-ajaran agama Islam harus ikut terpanggil untuk meluruskan informasi yang dibengkok-bengkokkan dan menggantinya dengan informasi-informassi yang dijamin kebenarannya, karena sudah melalui proses cek dan recek atau validasi informasi.

Dr Drs Budiyanto SH, M.Hum Ketua FKPT Jateng

Aksi teror beberapa waktu lalu, dia menambahkan adalah benar-benar misi atau gerakan amaliyah para  terduga pelaku tindak kejahatan teroris yang meningkatkan frekuensi aksi terornya di Indonesia, setelah  pusat jaringan teror di kawasan Timur Tengah semakin terdesak dan akan mengalihkan pusat gerakannya di Indonesia.

Indonesia menjadi pilihan, tutur Budiyanto, karena dari beberapa sisi menurut kalkulasinya sangat memenuhi syarat, di antaranya mayoritas penduduknya muslim dan jumlahnya sangat besar. Selain itu alam demokrasi yang ada sangat mendukung ekspresi dan aksi-aksinya, sehingga wajar sekali mereka ingin kuasai Indonesia.

Beruntung sekali, menurutnya,  mayoritas warga negara Indonesia menolak bahkan melawan mereka, sehingga aksi-aksi radikal dan terornya semakin tudak mendapatkan ruang dan akhirnya gerakan mereka tidak mendapat dukungan dari masyarakat, tetapi justru sebaliknya. Berbagai elemen masyarakat menolak memberikan dukungan kepada mereka. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 147 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *