SEMARANG[Kampusnesia] – Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) Pengelola kawasan industri (KI) Jateng segera melakukan pengembangan kawasan industri baru di Kabupaten Batang, setelah sukses membangun KI di Semarang dan melakukan pengembangan pengolahan air bersih.
Komisaris Utama Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) Ihwan Sudrajat mengatakan pengembangan kawasan di Kabupaten Batang menjadi pilihan, menyusul meningkatnya minat investor untuk membangun pendirian industri di Jateng dan sekaligus wilayah provinsi ini dinilai kini menjadi promadona.
Selain Batang, lanjutnya, KIW juga tengah mengincar daerah potensiial lain di Jateng, untuk pengembangan kawasan industri berikutnya dan kini tengah dalam pemilihan lokasi.
Menurut Direktur Operasional KIW Ahmad Fauzie Nur, selaij menyiapkan lokasi baru perseroan juga akan terus memaksimalkan tingkat keterisian KIW, mengingat KIW dari luas 250 hektare lahan yang tersedia, hingga saat ini baru 160 ha yang terjual dengan jumlah penghuni 80 perusahaan baik yang berasal dari domestik maupun mancanegara.
“Kami akan maksimalkan 90 hektare lahan lain yang sudah ada saat ini. Target kami lima tahun ke depan sisanya ini sudah dapat terisi semuanya,” tuturnya.
Dia yakin lahan yang KIW yang tersisa akan dapat diserap secara maksimal oleh investor, mengingat fasilitas yang telah dimiliki KIW cukup lengkap, di antaranya jaminan pasokan air baku yang berasal dari air permukaan dari teknologi Water Treatment Plant (WTP).
Seperti diketahui, dengan selesainya pembangunan WTP pada 23 Mei 2018, pasokan air baku akan berjalan selama 24 jam non stop dari sebelumnya yang hanya 17 jam per hari.
Selain itu, dengan selesainya pembentukan anak usaha KIW yakni PT Putera Wijayakusuma Sakti (PWS), ekspansi juga akan dilakukan di luar pembangunan kawasan industri.
Menurutnya, dalam lima tahun ke depan pihaknya akan merambah lini bisnis lain seperti ekspor impor, logistik, properti, jasa, dan industri turunan.
“Ke depan, kami ingin basis bisnisnya di Semarang, tetapi jangkauan bisa secara nasional. Salah satunya dengan mengandalkan anak usaha kami,” ujarnya.
PT KIW Semarang sebagai pengelola Kawasan Industri Wijayakusuma sudah mulai menghentikan pengambilan air bawah tanah dan beralih dengan menggunakan air permukaan, untuk memenuhi kebutuhan air bagi industri penghuni kawasan industri itu.
Pengelola kawasan industri mengambil air dari sungai Banjir Kanal Barat melalui pipa sepanjang 17 Km kemudian diolah dengan teknologi canggih hingga mampu menghasilkan air bersih.
“Kami menyadari apabila industri-industri di dalam KIW kebutuhan airnya dipenuhi dengan mengambil air tanah secara terus menerus dan berlebihan akan mengakibatkan terjadinya percepatan penurunan tanah di Kota Semarang,” tuturnya.
Menurutnya, langkah pengelola kawasan industri yang pertama kali di Jateng ini, didasari atas hasil penelitian Matthias Dom dari Bundesanstait fur Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR) Jerman, bahwa penurunan tanah di Kota Semarang pada 2016 sudah sangat kritis, beberapa titik sudah mencapai rata-rata 16 cm/tahun, yang disebabkan terjadinya penurunan tanah di antaranya pengambilan air tanah yang sangat tinggi khususnya untuk kebutuhan industri.
“Dengan demikian, suatu keniscayaan kami sebagai pengelola bertekat mempelopori pembangunan Kawasan Industri yang ramah lingkungan di Jawa Tengah, khususnya di Kota Semarang,” tuturnya. (rs)