SEMARANG[Kampusnesia] – Kinerja perbankan di wilayah Jawa Tengah periode April 2018 mengalami pertumbuhan yang signifan, hingga mencatat aset sebesar Rp 402,35 triliun atau tumbuh sebesar 9,38% year of year (yoy), sedangkan kredit mencapai senilai Rp 283,90 triliun atau tumbuh sebesar 8,89% yoy, sementara dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 299,25 triliun atau tumbuh sebesar 11,89% yoy.
Kepala OJK Regional 3 Jawa Tengah dan DIY, Bambang Kiswono mengatakan, secara nasional aset, kredit dan DPK masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 9,32%, 8,95% dan 8,13% yoy.
“Pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Tengah itu, juga diikuti dengan kualitas kredit yang lebih baik, tercermin dari rasio NPL sebesar 2,77%, dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,66% yoy,”ujarnya, Senin (4/6).
Selain itu, lanjutnya, rasio NPL di Jawa Tengah periode April 2018 juga tercatat lebih rendah dibandingkan NPL Nasional yang tercatat sebesar 2,89%.
Disisi lain, dia menambahkan perbankan syariah di Jawa Tengah pun mengalami pertumbuhan yang menggembirakan, posisi April 2018 nilai pembiayaan yang disalurkan tercatat sebesar Rp18,89 triliun atau mengalami pertumbuhan 16,50% yoy, dengan share terhadap nasional tercatat sebesar 6,66%.
“Sedangkan NPF pembiayaan di Jawa Tengah tercatat sebesar 3,34% atau lebih rendah dibanding NPF nasional yang tercatat sebesar 4,27%,” tuturnya.
Menurutnya untuk penyaluran kredit di Jawa Tengah per jenis penggunaan paling banyak digunakan untuk kredit modal kerja sebesar Rp152,13 triliun atau tumbuh sebesar 9,27% dan memiliki share sebesar 53,58% dari total keseluruhan kredit.
Bahkan, tutur Bambang, perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Jawa Tengah per 30 April 2018 sebesar Rp8,34 triliun atau memiliki share sebesar 18,55% dari realisasi KUR nasional yang mencapai Rp45 triliun.
Bambang menuturkan di sektor pasar modal, pada posisi April 2018 jumlah single investor identity (SID) di Jawa Tengah tercatat sebanyak 63.030 atau tumbuh 21,96% yoy, dengan nilai transaksi saham sebesar Rp5,92 triliun.
Sementara jumlah Emiten di Jawa Tengah sebanyak 6 perusahaan publik dan 1 Emiten Obligasi terdiri Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Sri Rejeki Isman Textile Tbk (SRIL), PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (SMNUF), dan PT Prima Cakrawala Abadi (PCAR), PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) dan Bank Jateng sebagai Emiten Obligasi Subordinasi.
Menurutnya, untuk perkembangan sektor jasa keuangan non Bank atau IKNB di Jawa Tengah posisi April 2018 aset Dana Pensiun tercatat Rp4,65 triliun dengan share terhadap nasional 1,77%, sedangkan nilai investasi sebesar 4,63 triliun dengan share secara nasional sebesar 1,81%.
Dari perusahaan pembiayaan, lanjutnya, nilai piutang perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp46,85 triliun dengan share terhadap nasional sebesar 10,71% dan NPF yang hanya sebesar 1,21% lebih rendah dibanding nasional yang sebesar 3,01%.
Tren pembiayaan baru melalui Peer-to-Peer Lending Financial Technology (Fintech) berkembang cukup signifikan dimana sampai dengan per Mei 2018 terdapat 51 perusahaan terdaftar (1 berizin).
Dari sisi outstanding pembiayaan tercatat sebesar Rp338,89 miliar yang terdiri dari 74.654 orang jumlah peminjam (borrower) dengan transaksi sebesar sedangkan dari sisi pemberi pinjaman (lender) per Maret 2018 tercatat sebesar Rp79,61 miliar dengan jumlah lender sebanyak 11.721 orang.
Selain itu, menurutnya, sebagai bagian dari fungsi OJK dalam melindungi konsumen, penyelesaian pengaduan konsumen masih menjadi salah satu fokus perhatian OJK dimana berdasarkan data Maret 2018, jumlah pengaduan konsumen yang masuk pada OJK Regional 3 Jateng dan DIY mencapai 167 pengaduan dengan pengaduan tertinggi pada bank umum sebanyak 104 pengaduan (62%) dan jumlah pengaduan yang telah selesai sebanyak 146 pengaduan (87%), sedangkan sisanya masih dalam proses klarifikasi, pungkas Bambang. (Andi Saputra/rs)