SEMARANG[Kampusnesia]- Tiga mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes) berhasil menciptakan alat media permainan ular tangga, khusus kalangan anak penyandang tunanetra. Produksi media permainan untuk anak berkebutuhan khusus itu dibiayai dana hibah Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikt).
Ketiga mahasiswi Unnes itu terdiri Lu’luil Munawaroh ( 20 th), Mitha Futra Anggraini (19 ) dan Nailul Istna Afufah (20). Dengan penemuan mereka itu maka kini para penyandang cacat netra dapat melakukan permainan ular tangga. Dengan permainan itu mereka dapat menumbuhkan dan memperbaiki emosionalnya.
Lu’luil Munawaroh mengatakan adanya keterbatasan dalam penglihatan di kalangan para panyandang cacat netra menjadikan mereka menghadapi kendala dalam belajar, sehingga hampir dapat dipastikan prestasi belajarnya selalu berada di bawah anak-anak yang kondisi penglihatannya normal.
“Agar tidak terlalu tertinggal jauh dari anak-anak yang normal penglihatannya, maka para penyandang cacat netra itu perlu dibantu dengan sarana dan suasana yang dapat menumbuhkan emosinya,” ujar Lu’luil Munawaroh, di Semarang , Senin (16/7).
Menurutnya, untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan emosional penyandang cacat netra dapat dilibatkan dalam permainan ular tangga yang dipasangi huruf braile dan audio di setiap mendapatkan ular, tangga maupun dadunya.
Dengan dapat mengikuti permainan itu, maka secara langsung mengangat motivasi, kepercayaan dan harga diri para penyandang cacat netra, semangat untuk belajar akhirnya tumbuh seiring dengan munculnya berbagai harapan yang diinginkan.
Oleh karena itu, lanjutnya, dalam suasana keterbatasan para penyandang catat netra perlu mendapat uluran tangan dan diajak untuk bergandengan tangan agar mereka pada saatnya nanti bisa bersikap dan menjalani hidup dengan mandiri tanpa harus menanti bantuan atau belas kasihan dari pihak lain dalam menjalankan nilai-nilai pengabdian hidupnya.
Dia menambahkan, kretivitas mahasiswa Unnes ini diharapkan dapat dikembangkan terus oleh generasi-generasi berikutnya, sehingga berbagai kekurangan yang melekat pada penyandang cacat netra dapat disempurnakan lagi pada masa berikutnya. (smh)