SEMARANG[Kampusnesia] – Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tampil ditengah-tengah para mahasiswa baru yang mengikuti Program Pengenalan Kemahasiswaan Universitas Negeri Semarang (UNNES), di Lapangan Prof Dirham Fakultas Ilmu Keolahragaan, Senin (6/8).
Program Pengenalan Kemahasiswaan UNNES 2018 bertajuk “Membangun Generasi Milenial yang Berprestasi dan Berkarakter 2018” itu diikuti sebanyak 8.768 mahasiswa baru dan terlihat begitu antusias mereka mengikuti Program Pengenalan Kemahasiswaan tersebut.
Dalam kegiatan itu, Ganjar mengajak dialog para mahasiswa baru termasuk, Arif Budiman, mahasiswa baru program studi Pendidikan Teknik Otomotif asal Blora.
Arif sangat senang karena tulisan “Wong Cilek Yoo Iso Kuliah” yang dibawanya ke lapangan berhasil mencuri perhatian Ganjar, hingga dia pun langsung diajak berdialog oleh Ganjar.
Dengan penuh haru, Arif bercerita sebagai anak dari keluarga petani sederhana di desanya, harus berjuang sungguh-sungguh selama dua tahun terakhir untuk bisa berkuliah di UNNES, seperti mimpinya.
Merasa bangga mendengar kisah Arif. Ganjar pun membalas kelak Arif akan menjadi orang sukses dan membahagiakan kedua orang tuanya.Bahkan para mahasiswa baru adalah orang-orang terpilih yang mampu melewati serangkaian seleksi ketat, sehingga mereka harus berjuang menggapai cita-cita yang dimpikan.
Tak hanya Arif, namun, Namira mahasiswa program studi Pendidikan Guru SD (PGSD) juga berdialog dengan Ganjar dan didorong untuk bersedia tampil menyanyi di hadapar temen-tean barunya. Gadis berhijab itu akhirnya mengalurkan suara merdunya bernyanyi membakan lagu dangdut dengan penuh percaya diri.
Bakat bernyanyi gadis asli Semarang itu pun memperoleh acungan jempol Ganjar. Menurutnya, guru SD saat ini harus makin kreatif dan inovatif dalam mengajar, sehingga siswa-siswinya pun tidak jenuh saat belajar di kelas.
“Saya berharap guru-guru SD ke depan di kelas akan sangat kreatif, mengajar tidak kereng-kereng, mengajak siswa bernyanyi dan ilmunya terinternalisasi. Seperti film School of Rock itu bagus sekali, karena mengajarkan matematika dengan menyanyi rock dan bermain gitar. Metode mendidik begitu menyenangkan sehingga anak selalu rindu belajar. Tidak takut dengan PR, apalagi gurunya,” ujar Ganjar.
Dialog juga mengarah pada ancaman berita bohong atau hoax, Bahkan sikap para mahsiswa seandainya tersebar hoax yang menjelek-jelekkan pengajar atau perguruan tinggi mereka apa tanggapannya.
Willy Johansyah mahasiswa Fakultas Teknik UNNES menuturkan akan menjelaskan kepada oknum tersebut bahwa menyebar hoax adalah tindakan salah dan melanggar hukum.
“Saya pasti akan membela almamater dengan cara memberikan masukan kepada orang yang mencibir bahwa apa yang dilakukannya salah karena tidak ada bukti kebenaran, karena penyebar hoax semata-mata mencari popularitas untuk bisa viral. Kalau diingatkan tidak bisa, maka dengan adanya hukum tentang ITE bisa saya laporkan bila ada bukti,” ujarnya.
Ganjar pun mengapresiasi keberanian kaum muda yang siap menjadi garda terdepan dalam memerangi hoax dan hal penting yang perlu diperhatikan penggunaan media sosial harus bertanggung jawab.
“Hebat, dia nanti bisa menjadi agen-agen anti hoax. Kalau kita menggunakan media sosial, kehati-hatian mesti dilakukan,” tutur Ganjar.
Menurut Ganjar, pada era digital saat ini, salah satu PR besar adalah bagaimana membangun karakter diri sebagai anak bangsa yang cerdas dan berintegritas, menjunjung nasionalisme, cinta kepada orang tua dan guru, serta memiliki etika yang baik.
“Kita punya PR bagaimana membangun karakter sebagai anak bangsa yang baik, cinta negara, bangsa, dan punya nasionalisme tinggi. Namun tidak pernah melupakan cinta orang tua dan hormat kepada guru. Ini penting karena di era yang sangat liberal seperti ini, kita mesti memagari dengan kepribadian dalam kebudayaan,” ujarnya. (rs)