Home > HEADLINE > Teroris Incar Keluarga Tak Harmonis Sebagai Target Utama OperasiTeror

Teroris Incar Keluarga Tak Harmonis Sebagai Target Utama OperasiTeror

SALATIGA[Kampusnesia] – Keluarga yang tidak harmonis menjadi target utama para teroris dalam melebarkan sayap pengaruhnya, setelah berbagai manuver untuk merekrut kalangan muda terpelajar semakin mudah terdeteksi oleh masyarakat dan aparat.

Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Jawa Tengah (FKPT  Jateng ) Syamsul Huda S.Sos, M.Si mengatakan para teroris dengan cepat mengubah strategi dan taktiknya dalam melancarkan aksinya, baik aksi teror maupun aksi rekrutmen kader teror setelah posisinya semakin terdesak oleh gerakan pencegahan terorisme oleh masarakat.

“Institusi keluarga merupakan unit terkecil dari sebuah bangunan bangsa, kalau keluarga kokoh maka akan kuatlah bangsa itu, sebaliknya kalau institusi rapuh maka ketahanan bangsa itu akan rapuh juga,” ujarnya dalam talk kshow pencegahan terorisme yang diselenggarakan Fakuktas Ilmu Sosial dan Komunikasi Universitas Kristen Satya Wanaca (Fiskom UKSW) di holel Laras Asri, Selasa petang (7/8).

Menurutnya, operasi teror akan menghadapi kesulitan dan kendala jika yang dijadikan sasaran adalah institusi keluarga yang harmonis. Karena dalam keluarga yang harmonis suasananya sangat terbuka dan saling control, bahkan masing-masing anggota keluarga mulai dari sosok ayah, ibu sampai anak memiliki kemampuan mengontrol dirinya sendiri atau self control.

Syamsul Huda S.Sos, M.Si Sekretaris FKPT Jateng

Terciptanya keluarga harmonis, lanjutnya, sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi yang berlangsung di lingkungan keluarga. Kalau komunikasi antar anggota keluarga tidak baik atau tidak lancar maka sulit untuk menciptakan keluarga harmonis. Suasana dialogis semakin jauh dari kenyataan.

Kondisi ini akan menjadi pemicu atau pintu masuk pengaruh radikalteror yang akan menyasar seluruh anggota atau sebagian anggota keluarga, karena lepasnya control komunikasi antara anggota keluarga.

Oleh karena itu, dia menambahkan peran orang tua, pendidik, tokoh masyarakat dan tokoh agama menjadi semakin penting dalam upaya membantu masyarakat untuk menciptakan keluarga yang harmonis, melalui peran pendekatan dan bimbingan yang diberikan kepada masyarakat.

Syamsul menuturkan semakin akrabnya masyarakat dengan medsos sangat berpengaruh dalam pola komunikasi antar sesama. Di satu sisi mengandung nilai positif komunikasi antar sesama mudah dilakukan, namun di sisi lain medsos sangat berpotensi memperlebar jarak kesenjangan antar sesama meski secara fisik kadang-kadang berdekaatan. (smh)

 

 

 

* Artikel ini telah dibaca 111 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *