Home > HEADLINE > Keragaman Jangan Menjadi Pemicu Perpecahan Bangsa

Keragaman Jangan Menjadi Pemicu Perpecahan Bangsa

PEMALANG [Kampusnesia] – Keragaman yang ada di kalangan masyarakat jangan sampai menjadi sumber atau faktor pemicu perpecahan atau pertentangan. Sebaliknya justru harus menjadi perekat dan penguat ikatan persaudaraan, sehingga kelangsungan bangsa Indonesia semakin terjamin dengan mantap.

Ketua Forum Koordinasi PencegahanTerorisme Jawa Tengah ( FKPT Jateng) Dr Drs Budiyanto SH, M.Hum mengingatkan kepada masyarakat ditengah efuria rangkaian pesta demokrasi yang  kini sudah berlangsung dan klimaksnya tahun depan jangan sampai memicu pertentangan-pertentangan yang tidak dapat diselesaikan. Perbedaan yang ada sudah dipahami oleh para pendiri NKRI sebagai faktor pemersatu bukan pemisah, sehingga terwujudlah yang namanya NKRI hingga sekarang.

“Dalam situasi kontestasi dan kompetisi demokrasi sebagaimana yang sedang berlangsung hari ini, semuanya harus bersikap dewasa. Proses  demokrasi dengan menempuh jalan pemilihan itu pasti akan menimbulkan perbedaan,” ujarnya saat menyampaikan paparan dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Sipil Dalam Rangka Penyelesaian Konflik Sosial yang diselenggarakan Badan Kesbangpol Jateng, di Pemalang, Minggu (19/8).

Menurutnya, selain sikap dewasa yang dapat menjadi kunci dalam menjaga keutuhan bangsa ditengah berlangsungnya kontestasi dan kompetisi untuk meraih dukungan rakyat seperti sekarang ini adalah sikap toletansi dan negarawan yang melekat pada diri para elit dan masyarakat.

Oleh karena itu, lanjutnya, selama mengikuti proses demokratisasi untuk memilih pemimpin para elit jangan hanya mengaduk-aduk emosional grassroot untuk mendapat dukungan saja, tetapi harus lebih dari itu yakni memberikan pencerahan, pendidikan dan keteladanan dalam menjaga keutuhan bangsa, tidak hanya mengejar kemenangan saja dengan mengorbankan persatuan bangsa.

Sebaliknya, rakyat juga harus semakin cerdas dalam bersikap ketika berada ditengah-tengah pusaran kompetisi demokrasi yang menempatkan warga sebagai pemilik kedaulatan melalui suara yang akan diberikannya di bilik Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada saat Pemilu tahun depan.

Dlam menentukan pilihan, dia menambahkan rakyat harus berani menghindari pragmatism dengan mengedepankan suara nurani atau pertimbangan rasional lainnya dengan titik orientasi demi kepentingan bangsa bukan perorangan atau kelompok.

Jika ini terjadi, lanjutnya, maka akan tercipta keseimbangan dan saling kontrol antara elit dan rakyat. Karena rakyat berdaya maka elit tidak berani memainkan demokrasi dengan sembarangan, sebaliknya kalau para elit mampu bersikap sebagai negawaran semua maka rakyat akan mendapatkan sajian spirit demokrasi yang sehat.

Jadi dua-duanya , elit dan rakyat harus sama-sama saling menguatkan dan saling kontrol. Jika ini terjadi maka para provokator pemicu perpecahan tidak mendapat ruang gerak, sekaligus isu-isu negatifnya tidak digubris masyarakat, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga dan utuh. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 272 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *