SALATIGA[Kampusnesia] – Keterlibatan kaum perempuan dalam berbagai aksi radikalisme dan teriorisme dengan mengusung tema-tema agama merupakan strategi dan modus baru para pelaku aksi teror yang tujuannya tak lain untuk menciptakan suasana resah di kalangan masyarakat.
Ketua Bidang Kajian dan Penelitian Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Jawa Tengah ( FKPT Jateng) Dr. H Syamsul Ma’arif M.Ag mengatakan strategi para teroris yang melibatkan kaum perempuan dalam melancarkan aksinya merupakan langkah taktis dan jitu yang nyaris sama sekali tidak diduga sebelumnya.
“Keterlibatan kalangan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme sangat mengejutkan sekali, apalagi aksi itu terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu,” ujarnya dalam Studium General bertema Peran Perempuan Dalam Penyebaran Radikalisme Agama dan Aksi Terorisme di Indonesia yang diselenggarakan Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Balairung UKSW, Sabtu (10/11)
Menurutnya, masyarakat tidak perlu terkejut jika dalam aksi-aksi radikal teror pada akhirnya melibatkan kaum perempuan, karena dari sisi aksi atau aktivitasnya saja termasuk dalam kategori exstra ordinary crime atau aksi kejahatan luar biasa, maka kehadiran perempuan dalam lingkaran aksi itu juga sesuatu yang luar biasa, apalagi peristiwa aksinya berada di Indonesia.
Hal ini, lanjutnya, bobot istimewa atau luar bisanya sangat tinggi, karena wanita Indonesia terlebih yang beragama Islam (muslimah) selama ini identik dengan kelemahlembutan, maka kalau tiba-tiba ada yang berada di lingkaran gerakan aksi radikal teror, wajar kalau masyarakat Indonesia terkejut.
Kehadiran wanita, dia menambahkan, dalam lingkaran gerakan radikal teror memiliki makna penting dan strategis dalam pembiakan faham radikal teror, karena tugas sebagai transmitter virus di lingkungan anak-anak yang diemban kaum perempuan baik di lingkungan sekolahan maupun di luar sekolahan secara naluriah dapat berjalan sangat efektif.
Situasi ini, tutur Syamsul, sangat memprihatinkan sekali, kalau sebelumnya yang dijadikan sasaran bidik rekrutmen kader radikalis dan teroris kalangan pemuda kini telah bergeser atau berkembang di kalangan perempuan dan anak-anak. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena bisa mengancam keutuhan NKRI.
Kejahatan luar biasa ini, menurutnya, juga harus dihadapi dengan aksi dan strategi yang luar biasa pula, di antaranya dengan merevitalisasi pendidikan agama berbasis multikulturisme yang dilakuka secara serentak dan massif oleh selurtuh masyarakat. (smh)