SEMARANG[Kampusnesia] – Pertumbuhan perekonomian di Jateng masih akan berlanjut signifikan pada 2019 mendatang dan diprediksikan di kisaran 5,3% hingga 5,7% dengan inflasi yang terjaga.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah, Hamid Ponco Wibowo mengatakan faktor konsumsi dan investasi yang kuat pada 2019 bakal memacu percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Jateng.
Selain itu, dia menambahkan geliat perekonomian Jateng masih akan menunjukkan tren yang positif hingga dijharapkan mampu mendorong prospek yang lebioh baik.
“Kami yakin asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa mencapai 5,3%-5,7%,” ujarnya dalam kegiatan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Nasional 2018, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah di Semarang, Rabu (5/12).
Menurutnya, ke depan prospek ekonomi Indonesia, termasuk Jawa Tengah, akan lebih baik dan semakin baik lagi dalam jangka menengah-panjang. Terlebih dengan dukungan pembangunan infrastruktur yang sedang di genjot secara penuh oleh pemerintah.
“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat pada 2019, hingga mencapai kisaran 5,0%-5,4%,” tuturnya.
Sementara inflasi secara nasional, dia m,enambahkan akan tetap terkendali pada kisaran sasaran 3,5±1% pada 2019, seiring dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile foods dan administered prices, ekspektasi inflasi, serta stabilnya nilai tukar rupiah.
Selain itu, tutur Hamid, pertumbuhan kredit pada 2019 diperkirakan mencapai 10%-12% dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan dalam kisaran 8%-10%. Defisit transaksi berjalan 2019 akan turun menjadi sekitar 2,5% dari PDB dengan langkah-langkah pengendalian impor serta peningkatan ekspor dan pariwisata.
Dia menuturkan dalam jangka menengah, percepatan pembangunan infrastruktur dan serangkaian kebijakan deregulasi akan meningkatkan produktivitas perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
“Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan pada rentang 5,5%-6,1% pada 2024, serta didukung defisit transaksi berjalan yang menurun di bawah 2% PDB,” ujarnya.
Meskipun mendapat tekanan, depresiasi nilai tukar rupiah relatif terjaga di tahun ini, bahkan pada beberapa waktu terakhir ini kembali menguat. Data per 4 Desember 2018 nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp14.293.
“Pada 2019 kami perkirakan rupiah akan bergerak stabil sesuai mekanisme pasar. Stabilitas rupiah ditopang pula oleh penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih aman,” tuturnya. (rs)