Home > HEADLINE > Ulama Perempuan Dapat Berperan Dalam Mawujudkan Perdamaian

Ulama Perempuan Dapat Berperan Dalam Mawujudkan Perdamaian

SEMARANG[Kampusnesia] – Ulama perempuan dapat berperan besar dalam mendorong terwujudnya perdamaian dan ketentraman masyarakat melalui gerakan pengenalan serta pemahaman tujuan hidup menurut ajaran agama Islam.

Dosen Fakultas Ushuludin dan Humaniora Universitas Islam Negeri (FUHUM UIN) Walisongo Semarang Dr Arihah mengatakan sebenarnya untuk mewujudkan perdamaian dan ketentraman hidup itu mudah, usaha yang dilakukan untuk itu bisa ditempuh dengan jalan yang sederhana di antaranya dengan cara memahami dan menjalankan tujuan hidup yang sejati.

“Sejatinya tujuan hidup setiap muslim itu mencari pahala dan mencari saudara, ringkas dan simpel, kalau diurai sangat panjang tapi sangat mudah melakukannya,” ujar Nyai Arihah saat menyampaikan paparan tentang Kriteria Perempuan Ulama dalam Workshop Penguatan Kapasitas Perempuan Ulama Dalam Merespon Persoalan Bangsa yang diselenggarakan Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jateng di Hotel Siliwangi Semarang, Sabtu (29/12).

Menurutnya, untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT telah disiapkan jalan dan cara yang mudah. Melalui nabi dan rosul yang dilanjutkan para ulama Allah SWT mengenalkan tips untuk mewujudkan hidup bahagia di dunia dan akherat melalui ajaran ajaran Islam yang komprehensip.

Sedangkan mencari saudara, lanjutnya, juga tidak kalah mudah. Untuk mecari saudara bisa ditempuh melalui cara menghindari permusuhan, tidak ungkap ujaran kebencian, menjalin relationship, membangun komunikasi dengan baik, memperbanyak teman dan sebagainya .

Dia menuturkan langkah itu semua adalah instrumen penting untuk membangun jejaring yang dapat difungsikan untuk menutup dan menghindari miskominikasi dan misinformasi. Munculnya benturan dan konflik itu berawal dari proses komunikasi yang tidak lancar. Sementara jejaring dapat berperan memperlancar komunikasi yang tersumbat.

Tugas dan peran-peran itu dapat dilakukan oleh kalangan perempuan terutama ulama perempuan yang dari intensitas pertemuannya dengan masyarakat juga cukup tinggi.

Hahya saja, tutur nyai Arihah, diingatkan, meski ulama perempuan bisa berperan besar seperti itu, namun dia tetap harus tunduk dan patuh dengan nilai-nilai kodrati yang melekat pada unsur perempuannya. Termasuk posisinya sebagai bagian dari kehidupan suaminya yang harus ditaati. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 149 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *