PEKALONGAN[Kampusnesia] – Gubuk Mbah Barkah yang selama ini sunyi mendadak ramai bukan kepalang. Tawa lebar terdengar dari kerumunan dan wajah-wajah bahagia terpancar.
Maklum saja, gubuk yang terletak di Desa Patianom Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan itu kedatangan tamu istimewa. Barkah yang tinggal bersama suaminya, Warsono, dikunjungi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Ganjar sengaja mendatangi pasangan lanjut usia itu setelah mendapat laporan keduanya hidup di rumah tidak layak huni. Kedatangannya ke tempat tersebut bertujuan untuk membantu membangunkan rumah bagi Warsono dan Barkah melalui program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Pemprov Jateng.
“Ya Allah, maturnuwun pak Ganjar sampun dugi mriki, kulo bungah sanget pak (ya Allah terimakasih pak Ganjar sudah datang ke sini, saya sangat senang sekali,” ujar Barkah menyambut kedatangan Ganjar bersama rombongan, termasuk Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, Rabu (16/1).
Ganjar kemudian duduk bersimpuh di samping kakek – nenek delapan anak ini dan bercengkrama. Dengan tingkah lucu, Ganjar menghibur kedua manula tersebut sampai mereka terkekeh.
“Umur njenengan pinten mbah (usia mbah berapa?)” tanya Ganjar.
“Mboten ngertos pak, mboten kelingan (tidak tahu pak, tidak ingat,” jawab Warsono.
Ganjar kemudian bertanya, apakah zaman penjajahan Belanda sudah lahir, dua manula tersebut mengatakan sudah.
“Sampun pak, riyen zamane Londho ngangge baju saking karung goni (sudah pak, dulu zaman Belanda pakaiannya dari karung goni),” tutur Warsono.
Keceriaan-keceriaan lain ditunjukkan saat Ganjar menanyakan ikhwal perkawinan mereka. Ternyata, Warsono adalah suami ketujuh Barkah.
“Kulo mpun mbojo ping pitu pak, niki bojo kulo sing terakhir, anak kulo wolu (saya sudah menikah tujuh kali, ini suami saya terakhir, anak saya delapan,” ujar Barkah disambut tawa semua warga yang hadir.
Warsono dan Barkah merupakan dua warga Kabupaten Pekalongan yang selama ini tinggal di rumah tidak layak huni. Mereka berdua tinggal dengan menempati tanah milik desa setempat.
Keduanya sehari-hari bekerja mengelem kapas dengan penghasilan Rp5.000 per hari. Uang tersebut mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Ini sebenarnya dulu ada yang melaporkan ke saya, kemudian kita tindak lanjuti. Saya senang kerja sama dengan Kabupaten bahkan hingga desa luar biasa, responnya sangat cepat dari Kepala Desa dan Bupati,” ujar Ganjar.
Menurutnya, sebenarnya cerita semacam ini masih ada di tempat lain. Yang penting adalah masyarakat bisa bantu yang seperti ini.
“Saya harap masyarakat dapat menginformasikan kemudian kita bertindak. Kita tidak bisa sak dek sak nyet, tapi kalau kita mencari mereka yang miskin yang butuh bantuan kita bisa cepat membantu, dari APBD, CSR, Baznas yang terpenting bantuan dari masyarakat,” tuturnya.
Dari obrolan bersama Warsono dan Barkah, Ganjar mengetahui jika keduanya baru memiliki Kartu Indonesia Sehat. Sementara bantuan lain belum ada.
“Menurut saya perlu PKH dan bantuan nontunai lainnya. Saya minta untuk didaftar. Sementara terkait rumah ini, karena tanahnya milik desa nanti Pak Bupati mau nyarikan lahan, kita siap membantu membangun rumahnya,” ujar Ganjar.
Dia menuturkan hal-hal semacam ini harus diburu dan dibereskan. Di kabupaten Pekalongan saja masih ada sekitar 10.000 warga yang tinggal di rumah tidak layak huni.
“Demgan demikian, kita akan lakukan pemberesan secara bertahap. Hanya yang perlu tindakan cepat ya kita lakukan secara cepat. Tapi sebenarnya yang paling penting adalah kepedulian dari masyarakat, saya senang karena ternyata sudah ada tahapan yang sudah dilakukan masyarakat,” tuturnya.
Ganjar juga memberikan bantuan berupa uang tunai dari Baznas dan paket sembako kepada pasangan Warsono dan Barkah. (RS)