Home > HEADLINE > Dakwah Islam Wasathiyah Harus Mampu Dominasi Medsos

Dakwah Islam Wasathiyah Harus Mampu Dominasi Medsos

SEMARANG[Kampusnesia] – Gerakan dan model dakwah Islam wasathiyah harus mampu menggeser gerakan dakwah ekstrem di media sosial. Untuk merealisasikan tekad ini perlu ditempuh langkah-langkah kreatif dan inovatif.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Asrori S Karni mengatakan saat ini konten-konten dakwah di medsos dipenuhi atau didominasi isu-isu keagamaan yang narasinya bernada ekstrem. Karena itu MUI tidak boleh diam dan segera mengambil langkah.

“Kita tidak boleh diam atau berhenti, kendati saat ini mereka mendominasi isu konten dakwah yang ekstrem. Islam wasathiyah harus terus dugelorakan melalui medsos hingga dominan,”  ujar Asrori dalam Halaqah Dakwah dengan tema Dakwah di Era Milenial dan Literasi Keuangan Syariah yang diselenggarakan Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Jateng bersama Pusat di aula Masjid RayaBaiturrahman Semarang, Kamis (21/2).

Menurutnya, fungsi penyebarluasan informasi sebagaimana diatur dalam UU No 40/1999 tentang Pers diemban oleh media baik cetak, TV, radio atau saluran komunukasi lainnya,  termasuk media siber kini telah diambil alih oleh medsos. Bahkan medsos telah menjadi ruang kontestasi yang lebih terbuka.

Siapa saja, lanjutnya, bisa memanfaatkannya untuk mendongkrak popularitas maupun citra dirinya. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh para pengusung gerakan ekstrimis untuk menyebarluaskan dakwah Islam yang ekstrem. Begitu massifnya gerakan ini seolah wajah Islam Indonesia identik dengan gerakan ini.

Dia menuturkan padahal realitas yang ada justru sebaliknya. Jika diambil perbandingan gerakan dakwah Islam wasathiyah masih dominan, hanya saja karena tertutup oleh gerakan dakwah ekstrim yang massif di dunia maya, akhirnya melalui medsos mereka nampak  semakin eksis.

Meski peran media massa mulai tergeser medsos, tutur Asrori, terutama dari sisi kecepatan penyebarluasan informasi, media massa tidak boleh ditinggalkan terutama TV. Media audio visual ini harus tetap diberdayakan dengan mengedepankan implementasi keatif dan inovatif, sebagaimana yang diperankannya di saat bulan puasa  ramadlan misalnya, sehingga umat disajikan konten-konten di tayangan TV yang sarat dengan pesan-prsan Islam moderat. (smh)

* Artikel ini telah dibaca 149 kali.
Kampusnesia
Media berbasis teknologi internet yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *