SEMARANG[Kampusnesia] – Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah melakukan inspeksi mendadak ke Pabrik Jamu Sido Muncul dan Kawasan Industri Bukit Semarang Baru (BSB) Mijen, untuk memastikan dua perusahaan ini dalam memenuhi komitmennya untuk membuat sumur resapan terkait dengan adanya aktifitas eksploitasi air bawah tanah di kedua perusahaan ini.
Inspeksi mendadak di Pabrik Sido Muncul di kawasan Bergas, Kabupaten Semarang dan kawasan hutan industri BSB Mijen ( PT Karya Deka) dipimpin langsung Kepala Dinas ESDM Jateng, Jarwanto Dwi Atmanto.
“Dalam inspeksi mendadak ini Dinas ESDM hanya ingin mengetahui apakah Perda tentang penggunaan air bawah tanah sudah direalisasikan atau belum,” ujar Jarwanto di Semarang, Senin (13/5).
Menurutnya, dari inspeksi itu diperoleh hasil kedua perusahaan besar ini sudah memenuhi komitmen yang diamanatkan Perda dengan membuat sumur resapan dalam untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Juru bicara direksi PT Jamu Sido Muncul Hadi Hartoyo mengatakan manajemen Sido Muncul selalu berkomitmen melaksanakan amanat regulasi, termasuk amanat Perda (air tanah), apalagi terkait dengan konservasi alam, manajemen sangat concern sekali.
Saat inspeksi ke BSB Mijen, Dinas ESDM Jateng ditemui perwakilan manajem EN PT Karyadeka Alam Lestari, Wahyu T.
“Konservasi menjadi agenda khusus Pemprov Jateng di bawah kepemimpinan Ganjar – Taj Yassin. Upaya ini sejalan dengan agenda Milenium Development Goals (MDGs) secara global,” turur Jarwanto.
Dia menuturkan dua aspek yang ingin direngkuh terkait dengan kebijakan ini selain pembangunan yang berorientasi lingkungan juga sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing.
Dengan demikian, tutur Jarwanto,Go green dijadikan prasyarat produk yang dapat diterima di pasar global. Tanpa itu maka kita tidak bisa bersaing di dunia internasional
Karena itu, lanjutnya, Dinas ESDM Jateng mengapresiasi langkah dan kebijakan yang sudah dilakukan PT Sido Muncul. Semoga perusahaan yang lain juga tergerak untuk melakukan hal yang sama.
Ketua DPRD Jateng Rukma Setiabudi mengatakan pihaknya sangat prihatin karena selama ini penggunaan air bawah nyaris tidak terkontrol. Meski kalangan industri mengakui ibaratnya maju kena, mundur juga kena.
“Selama ini kalangan industri tidak mempersiapkan pasokan air untuk kepentingan mereka. Disisi lain Suply PDAM tidak ada, sementara instalasi air minum, maupun air untuk kebutuhan industri tidak dikondisikan,” ujarnya.
Kondisi tersebut, menurutnuya, mau tidak mau memaksa menggunakan air bawah tanah, sehingga ke depan menyangkut kebutuhan itu masih harus ditata bersama. (smh)